Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perpadi Bali Tolak Impor Beras 

Persatuan Penggilingan Padi Bali menolak adanya impor beras yang akan dilakukan pemerintah pada akhir Agustus ini. Penolakan disampaikan lantaran Pulau Dewata akan menghadapi panen raya pada Oktober mendatang.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, DENPASAR -- Persatuan Penggilingan Padi Bali menolak adanya impor beras yang akan dilakukan pemerintah pada akhir Agustus ini. Penolakan disampaikan lantaran Pulau Dewata akan menghadapi panen raya pada Oktober mendatang.

Ketua Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) Bali Anak Agung Made Sukawetan juga mengatakan saat ini stok beras di Bali masih mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Apalagi, panen-panen kecil selalu ada setiap bulannya.

Ditambah dengan adanya kiriman beras dari Jawa Timur dan Lombok, beras di Bali masih melimpah. Bahkan, kondisi ini juga cukup membuat penjualan beras di Bali sangat bersaing.

“Kalau panen raya masih Oktober, kita juga sekarang ada panen lokal sebelum panen raya Oktober atau November nanti,” katanya, Kamis (16/8/2018).

Kepala Dinas Ketahahan Pangan I Wayan Mardiana mengatakan terkait adanya impor beras sudah merupakan keputusan dari pemerintah pusat. Walaupun dia mengakui produksi beras di Bali selalu surplus.

Berdasarkan data produksi beras selama ini, setiap tahun volume pasokan dan kebutuhan selalu sama. Sehingga data pada 2017 dapat menjadi acuan terhadap kondisi 2018.

Adapun pada 2017, panen raya terjadi selama dua kali dalam setahun yakni Maret-Mei dan Oktober – Desember. Setiap melakukan panen raya, setidaknya 50.000 hektar sawah mampu ditanami padi.

Pada Maret-Mei 2017, total panen raya ada sebanyak 160.000 ton. Sementara, pada Oktober-Desember 2017 sebanyak 150.000 ton. Selain itu, masih ada panen kecil yang diadakan setiap bulan. Jika dibandingkan dengan kebutuhan beras di Bali yang hanya mencapai 34.000 ton, maka produksi beras Bali selalu surplus.

Bahkan, saat panen raya, surplusnya dapat mencapai 20.000 ton per bulan. Pada panen kecil, surplus beras mencapai 5.000 ton.

“Beras kita memang selalu surplus dan kategorinya juga sebagian besar premium,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler