Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berbisnis Teman Tidur

Beristirahat tentunya semakin lengkap apabila ditemani oleh pendamping yang tepat termasuk bantal yang kita pilih
./.
./.

Bisnis.com, JAKARTABeristirahat tentunya semakin lengkap apabila ditemani oleh pendamping yang tepat termasuk bantal yang kita pilih.

Sumariyono tujuh tahun silam akhirnya memutuskan untuk terjun ke bisnis rumahan pembuatan bantal. Awalnya, dia hanya memasarkan produk silikon yang dijual dari pabrik tempat kerabatnya bekerja.

Pada 2010, bersama dengan sang istri Sumariyono terjun ke bisnis pembuatan bantal merek HL Family. Modal yang disiapkan saat itu sebesar Rp3 juta—Rp 5 juta.

HL Family menjual produk bantal berbahan isi dakron serta kain katun. Bahan baku tersebut didapatkanya dari dua daerah yang berbeda.

Untuk bahan baku dakron sebagai isi bantal, dia memesan dari sebuah pabrik di Surabaya, Jawa Timur. Semantara itu, kain katun didatangkan langsung dari Rancaekek, Jawa Barat.

Dengan modal yang dimilikinya, Sumariyono mampu memproduksi 15-20 bantal per bulan. Barang-barang tersebut awalnya dikerjakan sendiri bersama sang istri.

Bahan baku yang disiapkan untuk memulai bisnis pembuatan bantal cukup sederhana. Dia hanya cukup menyediakan mesin jahit, dakron, ritsleting, serta kain lapisan luar.

Kini, HL Family mampu menjual 400—600 bantal tiap bulannya. Oleh karena itu, mereka menambah karyawan untuk membantu proses penjahitan.

Saat ini, penjualan utama bantal dakron buatan Sumariyono melalui saluran online atau daring. Langkah tersebut ditempuh karena menurutnya lebih menjanjikan hasil yang lebih besar.

“Kalau di toko malah di tawar rendah jadi saya lebih banyak jual lewat blog,” jelasnya.

Permintaan terbesar bantal HL Family saat ini berasal dari Malang dan Pasuruan, Jawa Timur. Namun, beberapa pesanan juga datang dari Semarang, Jawa Tengah serta Denpasar, Bali.

Harga yang dibanderol untuk tiap produknya sebesar Rp50.000. Dari situ, Sumariyono bisa mengantongi Rp15 juta per bulan.

Dalam menjalankan bisnis penjualan bantal, HL Family menghadapi sejumlah tantangan. Misalnya, order yang datang tidak menentu.

Selain itu, Sumariyono masih mengeluhkan tambahan modal untuk mengembangkan bisnisnya. Dia mengatakan sudah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak termasuk PT Sampoerna Tbk untuk urusan pengembangan pemasaran dan inovasi produk.

“Banyak mendapat bantuan untuk melakukan pemasaran dan pameran produk,” tandasnya. (M. Nurhadi Pratomo)

Boneka Menggemaskan Jadi Sumber Rezeki

Siapa yang menyangka dari rumahnya di daerah Pandaan, Jawa Timur, puluhan model boneka di hasilkan dan mendatangkan omzet yang menggiurkan.

Pada 2013, Sudarwati memutuskan untuk terjun ke bisnis pembuatan boneka setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Modal tersebut digunakan untuk menyiapkan sejumlah bahan baku yang dibutuhkan.

Dia menjelaskan terdapat beberapa bahan utama untuk menjalankan bisnis pembuatan boneka antara lain mesin jahit, dakron, serta berbagai macam jenis kain sesuai pesanan. Selain itu, diperlukan tenaga kerja penjahit yang terampil mengingat rumitnya model boneka yang kerap dipesan oleh konsumen.

Bahan baku dakron yang diperlukan untuk mengisi boneka menurutnya bisa didapatkan dengan mudah. Caranya, dengan memesan langsung ke pabrik yang memproduksi dakron.

Untuk kain boneka, Sudarwati saat ini masih memesan ke pabrik melalui perantara. Hal itu karena biasanya terdapat persyaratan jumlah order minimum untuk masing-masing motif kain.

Awalnya, dia dan sang suami menjalankan sendiri bisnis pembuatan boneka. Kini, Tiar Toys telah memiliki tujuh orang karyawan. Dua orang karyawan bertugas sebagai penjahit sementara sisanya bertugas melakukan pembuatan boneka mulai dari pengisian dakron hingga pengemasan.

Kapasitas produksinya pun mengalami peningkatan. Dari 20 item per bulan pada 2013, kini Tiar Toys mampu menghasilkan 400 boneka.

Harga boneka yang dipatok beragam mulai dari Rp5.000 hingga Rp350.000 tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pesanan. Dari situ, omzet yang dikantongi bisa menembus Rp35 juta tiap bulannya.

Sayangnya, sampai saat ini dia belum memiliki toko fisik maupun daring. Sudarwati lebih banyak menerima pesanan langsung yang kemudian nanti didistribusikan kembali.

“Targetnya ke depan bisa membuka toko sendiri dan membuat model yang lebih beragam,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper