Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inilah Strategi Di Balik Target Besar Pemain Baru Di Asuransi Jiwa

Dalam rentang tiga tahun terakhir, jumlah pemain asuransi jiwa terus bertambah. Beberapa memasang target cukup besar, yakni masuk ke jajaran lima besar asuransi jiwa dalam rentang sepuluh tahun. Mungkinkah?
Jumlah pemain asuransi jiwa terus bertambah. Beberapa memasang target besar./JIBI
Jumlah pemain asuransi jiwa terus bertambah. Beberapa memasang target besar./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam rentang tiga tahun terakhir, jumlah pemain asuransi jiwa terus bertambah. Beberapa memasang target cukup ambisius, yakni masuk ke jajaran lima besar asuransi jiwa dalam rentang sepuluh tahun. Mungkinkah?

Mendengar target tersebut dari perusahaan asuransi yang terhitung baru tentu menimbulkan beragam pertanyaan. Apa strategi mereka menghadapi pasar asuransi jiwa yang sudah kadung dikuasai perusahaan-perusahaan beraset triliunan dan cukup berpengalaman?

PT Astra Aviva Life dan PT Tokio Marine Life Insurance yang mematok target demikian. Padahal, saat ini, dari segi aset dan premi, keduanya masih tertinggal jauh.

Akhir tahun lalu, Aviva International Holding Limited resmi menggandeng PT Astra Indternational Tbk, mendirikan perusahaan asuransi jiwa bernama PT Astra Aviva Life (Astra Life). Astra dan Aviva memiliki porsi saham yang sama besar, yakni masing-masing 50%.

Penandatanganan joint venture itu sendiri telah dilakukan sejak Januari 2014, dan izin regulator keluar pada Agustus 2014. Aviva International Holding Limited merupakan bagian dari Aviva Plc, salah satu perusahaan asuransi terkemuka di Inggris dengan pengalaman lebih dari 300 tahun di 16 negara dan memiliki 31,4 juta nasabah. Ia masuk ke Indonesia pada 1990 dengan nama PT Asuransi Winterthur Indonesia.

Pada Juni 2010, setelah mengakuisisi 60% saham PT Winterthur Life Indonesia, milik PT Asuransi Wahana Tata. Perubahan kepemilikan saham ini membuat nama perusahaan berubah menjadi PT Asuransi Aviva Indonesia. Pada tahun itu, Aviva juga masuk dalam bisnis pengelolaan dana pensiun  dengan 500.000 nasabah dari korporasi.

Kali ini, dengan menggandeng Astra, kedua pemegang saham tersebut optimis Astra Life mampu menduduki posisi lima besar dalam sepuluh tahun. Seperti diketahui, PT Astra International Tbk. merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang memiliki bisnis di berbagai sektor, seperti kendaraan bermotor, alat berat, finansial, perkebunan, dan banyak lagi.

Lalu apa strategi perusahaan yang masih berusia beberapa bulan itu?

Philip Willcock, Presiden Direktur Astra Life optimistis melihat kesempatan yang cukup besar dari pasar Indonesia. “Penetrasi yang masih sangat rendah serta populasi yang begitu besar membuat Indonesia menjadi peluang besar bagi setiap perusahaan asuransi,” katanya.

Ya, penetrasi asuransi jiwa di Indonesia memang masih sangat kecil. Sampai November tahun lalu, perbandingan jumlah premi asuransi jiwa dengan pendapatan domestik bruto (PDB) hanya 1,26%. Secara keseluruhan, angka penetrasi asuransi komersial tak lebih dari 1,74%.

Apabila dikomparasikan dengan negara ASEAN lainnya seperti Singapura, penetrasi Indonesia masih  jauh tertinggal. Di Singapura, penetrasi asuransi sudah mencapai 6,3%. Sementara itu, penetrasi asuransi di kawasan Uni Eropa telah menginjak 7,8%.

Tetapi, apakah cukup dengan mengharapkan luasnya pasar saja? Mengingat perusahaan asuransi besar lainnya juga membidik itu, menjadikan kecilnya penetrasi sebagai peluang memperbesar pangsa pasar.

Philip menyatakan pihaknya punya kekuatan lain, yakni dukungan induk sebagai grup yang cukup kuat. Aviva punya pengalaman mengelola asuransi, sedangkan Astra memiliki captiveyang cukup besar. Dia meyakini, dengan menyasar seluruh perusahaan grup Astra saja, pihaknya bisa dengan mudah melawan pesaing di bidang asuransi jiwa lainnya.

PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia (TMLI) berdiri lebih dulu di Indonesia, yakni sejak 2012 lalu, dengan mengakuisisi PT MAA Life Assurance. TMLI adalah salah satu anak perusahaan Tokio Marine Group, kelompok perusahaan asuransi tertua di Jepang yang berdiri sejak 1879.

Saat baru berdiri pada 2012 lalu, TMLI berada di posisi paling bawah industri asuransi jiwa. Dua tahun kemudian, tepatnya pertengahan 2014, perseroan merangkak ke posisi 36 dari 47 perusahaan asuransi jiwa.

Berbeda dengan Astra Life, TMLI tak memiliki captive market yang bisa digarap. Ia hanya memiliki modal induk dan grup yang sudah berpengalaman di dunia asuransi, baik umum maupun jiwa.

Tokio Marine Group merupakan salah satu perusahaan asuransi yang terbesar di dunia dengan total aset lebih dari US$181 miliar hingga akhir 2013 lalu. Perusahaan tertua di Jepang itu juga memiliki cabang di lebih dari 450 kota dan 37 negara di seluruh dunia.

Sampai pertengahan tahun lalu, porsi kepemilikan Tokio Marine Holding Inc menjadi semakin besar, yakni 96%, dari sebelumnya 91,79%. Sedangkan sisanya dimiliki oleh investor lokal, PT Multi Artha Aman.

Tak jauh beda dengan Astra Life, TMLI juga membidik peluang dari kecilnya penetrasi. Direktur Utama TMLI David J. Beynod mengungkapkan pihaknya membidik besarnya potensi pasar asuransi di Indonesia.

“Indonesia saat ini tengah disorot. Ekonominya mampu tumbuh cukup tinggi di tengah perlambatan ekonomi global,” ungkapnya.

David yang didaulat menjadi direktur utama juga sudah lama berkecimpung di pasar asuransi jiwa Indonesia. Sebelum menahkodai kapal TMLI, dia juga pernah memimpin PT Manulife Indonesia.

Pertumbuhan kinerja TMLI terbilang cukup agresif. Sampai semester I tahun lalu saja, pertumbuhan asetnya mencapai 211% atau senilai Rp902 miliar.

Sepanjang 2014, TMLI memang gencar promosi. Iklannya tersebar di berbagai media masa. Hal itu dilakukan perseroan untuk meningkatkan branding di masyarakat. Mengingat masyarakat Indonesia belum familiar dengan nama Tokio Marine.

TMLI juga mulai menyasar masyarakat kelas menengah ke bawah lewat peluncuran produk asuransi jiwa dengan premi Rp2.000 per hari dan pertanggungan maksimal Rp300 juta.

Soebagio Iman, Chief Marketing Officer TMLI mengatakan, produk tersebut didesain bagi kalangan berpenghasilan rendah. “Ini memang untuk yang berpenghasilan rendah dan menjadi tulang punggung keluarga, sekaligus memperkenalkan TMLI ke seluruh kalangan, bukan hanya kalangan kelas atas,” katanya.

Bersaing di industri asuransi jiwa Indonesia, melawan pemain besar, memang bukan perkara mudah. Mampukan kedua pemain baru ini mewujudkan ambisi menduduki lima besar perusahaan asuransi jiwa? Kita lihat saja nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper