Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRI Agro Kejar Kenaikan Pemulihan Aset

PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (BRI Agro) akan agresif mengerek rasio recovery rate untuk kredit bermasalah yang dihapus buku tahun ini dapat meningkat.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) Agus Noorsanto (tengah) di sela-sela memberikan penjelasan saat paparan publik, di Jakarta, Rabu (7/2/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) Agus Noorsanto (tengah) di sela-sela memberikan penjelasan saat paparan publik, di Jakarta, Rabu (7/2/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (BRI Agro) akan agresif mengerek rasio recovery rate untuk kredit bermasalah yang dihapus buku tahun ini dapat meningkat.

Direktur PRK dan pendanaan BRI Agro Ebeneser Girsang menyampaikan pada tahun lalu, recovery rate perseroan hanya di level 31,2% atau sebesar Rp6,6 miliar dari Rp21 miliar kredit yang hapus buku.

Capaian tersebut adalah yang terendah bila dibandingkan dengan realisasi pemulihan kredit bermasalah dalam lima tahun terakhir.

Dalam periode 2013-2017, persentase recovery rate perseroan yang tertinggi terjadi pada 2016 sebesar Rp20,5 miliar atau sebesar 75,2% dari hapus buku kredit Rp27,2 miliar.

“Best performance kami itu Rp20,5 miliar. Untuk tahun ini, kami sangat optimis dapat memulihkan Rp20 miliar sehingga angka recovery rate dapat kembali ke level 40%-60%,” ujar Ebeneser kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia menjelaskan, dari Rp284 kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) tahun lalu, pihaknya telah melakukan pemetaan kredit yang akan diprioritaskan untuk dipulihkan.

Selain melakukan pemetaan prioritas, BRI Agro juga mempercepat pemulihan dengan meningkatkan frekuensi lelang. Di sisi lain, BRI juga proaktif mencari calon pembeli, dengan kata lain tidak hanya menunggu diekspos di media massa.

Menurut Eben, sapaan akrabnya, penyebab rendahnya realisasi pemulihan pada tahun lalu lantaran bank kesulitan mencari calon pembeli kredit bermasalah. Di sisi lain, jadwal untuk lelang juga tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

“Untuk melaksanakan pemulihan ini tidak hanya tergantung pada kami tetapi juga pihak eksternal termasuk soal lelang. Dalam 2017 tidak semudah tahun-tahun sebelumnya untuk mendapatkan calon pembeli, dan ini tidak bisa diserahkan ke kantor lelang, kami akan proaktif juga,” ujarnya.

Anak usaha PT BanK Rakyat Indonesia (Persero) Tbk itu mengklaim telah mengantongi jadwal lelang kredit bermasalah pada periode Februari dan Maret. Sejalan dengan itu, perseroan juga telah memiliki sejumlah calon pembeli dalam pipelinenya.

“Untuk mendapatkan tanggal lelang itu butuh koordinasi dan komunikasi yang baik. Petugas kami di lapangan masing-masing sudah dapat calon pembeli,” paparnya.

Pada perkembangan lain, seiring dengan peningkatan nomimal kredit bermasalah, BRI Agro kembali mempertebal rasio pencadangan untuk mengantisipasi pemburukan kualitas kredit.  

Per akhir tahun lalu, pencadangan perseroan mencapai Rp361 miliar sehingga coverage ratio BRI Agro ada di level 127%, meningkat 24 basis poin (bps) dari akhir 2016 sebesar 102,4%.

Adapun, nilai kredit bermasalah per akhir tahun lalu mencapai Rp284 miliar, meningkat dibandingkan akhir 2016 sebesar Rp234 miliar. Dari sisi rasio, rasio NPL perseroan cenderung turun dari 2,9% akhir Desember 2016 menjadi 2,6% pada akhir Desember 2017.

Penurunan rasio itu lantaran total kredit yang disalurkan meningkat 34,3% secara tahunan yakni dari Rp8,18 triliun menjadi Rp10,99 triliun.

Ekspansi kredit yang tumbuh tinggi serta terjaganya biaya dana yang relatif stabil membuat perseroan  membukukan laba senilai Rp140 miliar per akhir kuartal IV/2017 atau tumbuh 36,4% secara year on year.

Direktur Utama BRI Agro, Agus Noorsanto mengatakan kenaikan laba lantaran pendapatan bunga yang tumbuh 29,7% (secara yoy) menjadi Rp1,25 triliun pada 2017, dengan pendapatan bunga bersih sebesar Rp503 miliar, naik 23,5%.

Sejalan dengan itu, total aset BRI Agro juga mengalami kenaikan 43,48% per akhir tahun lalu menjadi Rp16,32 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper