Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Tantangan Bagi Calon Gubernur BI 2018-2022

Calon Gubernur Bank Indonesia periode 2018-2022 diperkirakan akan menghadapi tantangan yang cukup berat dari global.
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA--Calon Gubernur Bank Indonesia periode 2018-2022 diperkirakan akan menghadapi tantangan yang cukup berat dari global, yakni era suku bunga tinggi.

Seperti diketahui, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menerima satu nama calon dari Presiden Jokowi, Perry Warjiyo, pada Jumat (23/2) siang.

Perry Warjiyo adalah pejabat karir Bank Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menuturkan era bunga rendah tahun ini dipastikan sudah berakhir. Fed Fund Rate yang naik akan membuat bank sentral di negara lain mengikuti pola yang sama.

“Ruang BI otomatis semakin sempit bahkan diprediksi ketika Fed naik Maret, BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%,” kata Bhima.

Dengan demikian, dia menilai langkah prostabilitas lebih urgen bagi BI, dibandingkan pertumbuhan kredit. Ketika BI tidak bisa menggunakan instrumen suku bunga, BI masih bisa memainkan LTV spasialnya untuk mendorong kredit di daerah-daerah.

“Plus kalau mau bunga kredit murah, OJK harus dorong konsolidasi bank,” urainya.

Hal ini menjadi tantangan bagi gubernur baru. Gubernur BI yang baru nanti harus lebih kreatif membuat kebijakan di luar suku bunga acuan dan komunikasi dengan pelaku pasar diperkuat agar transmisi kebijakan bisa lebih cepat.

“Pak Perry bukan orang pasar, beda dengan Pak Agus yang bankir, jadi komunikasi penting,” tegas Bhima.

Sebagai gambaran, stance moneter BI saat ini adalah netral. Artinya, jelas tidak ada ruang penurunan suku bunga ke depannya. Hanya ada dua kemungkinan dari stance tersebut, suku bunga ditahan atau meningkat.

Namun di sisi makroprudensial, kebijakan BI masih dovish. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan baru BI, Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM).

Kepala Ekonom PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. Fakhrul Fulvian. menuturkan kebijakan suku bunga sudah diformulasikan sedemikian rupa dalam bentuk inflation targeting framework, dengan tujuan kebijakan moneter adalah kestabilan nilai tukar rupiah yang diejawantahkan dalam bentuk inflasi dan nilai tukar yang stabil.

Dengan kondisi makroekonomi yang semakin membaik dan inflasi berada di koridor sasaran BI, dia menegaskan pihaknya tidak melihat urgensi BI untuk mengubah stance-nya yang netral.

“Dalam RDG kemarin sudah disebutkan bahwa moneter neutral, macroprudential loosening,” ujar Fakhrul.

Calon Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam paparan hasil RDG Februari mengungkapkan kebijakan moneter BI saat ini adalah netral dan mencukupi bagi dinamika makroekonomi.

Menurut Fakhrul, sosok Perry merupakan orang yang sangat kompeten dalam bidang moneter. “Pengalaman dan track record beliau menunjukkan beliau adalah orang yang tepat,” kata Fakhrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper