Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

REPORTASE MUDIK LEBARAN: Area Lumpur Lapindo Jadi Area Wisata

Setiap orang mungkin pernah melihat lumpur, bahkan sebagian mungkin merasa jijik dan tidak berharga jika melihat tanah yang bercampur air.

Bisnis.com, SIDOARJO - Setiap orang mungkin pernah melihat lumpur, bahkan sebagian mungkin merasa jijik dan tidak berharga jika melihat tanah yang bercampur air.

Namun, bagi warga Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, benda menjijikkan ini adalah satu-satunya sumber penghasilan mereka setelah peristiwa semburan lumpur akibat kelalaian PT Lapindo Brantas sekitar 8 tahun lalu.

Sejak beberapa tahun belakangan, 'bencana' yang memakan areal hingga 1.500 ha ini menjadi kawasan wisata tidak resmi bagi pengguna jalan yang kebetulan melintas dari Surabaya ke Malang atau Pasuruan dan sebaliknya.

Sarwi Siring, salah satu warga yang menjadi tukang ojek bagi wisatawan lumpur sejak rumahnya terendam, mengungkapkan mayoritas warga yang belum diganti rugi menyandarkan kehidupan mereka dari kawasan lumpur ini.

Maka tak heran, untuk ukuran wisata yang secara lanskap sama sekali tidak indah ini, harga untuk menikmati kawasan ini tergolong mahal.

Setiap pengunjung yang ingin masuk, melihat-lihat atau berfoto dan selfie di kawasan ini, terkena 3 macam pungutan dari warga.

Pertama adalah biaya parkir kendaraan dan masuk ke lokasi sebesar Rp15.000 per orang. Kedua adalah jika pengunjung ingin menggunakan jasa ojek untuk melihat pusat semburan yang berada di tengah kawasan ini, sebesar Rp25.000 per orang.

Ketiga, yaitu uang keamanan menuju pusat semburan sebesar Rp5.000 per kendaraan yang masuk. Sehingga total biaya yang yang harus dikeluarkan setiap wisatawan yang ingin menginjakkan kaki di permukaan lumpur yang mengeras adalah Rp45.000.

Dodik, 32 tahun, salah satu tukang ojek lainnya, mengatakan, dalam sehari setiap 'pekerja' di lokasi wisata ini mendapat antara Rp25.000-Rp50.000. Jika ramai, pendapatan bisa mencapai Rp100.000.

Sebagian orang mungkin menganggap tarif masuk ini tergolong mahal, bahkan sangat mahal.

Namun, sebagian lain barangkali mafhum, uang seharga itu mungkin sangat kecil nilainya apabila dibandingkan dengan luka dan penderitaan warga Lumpur Lapindo, begitu Dodik menyebutnya, akibat kelalaian sebuah perusahaan. Lebih-lebih yang belum mendapat ganti rugi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : (M. Abdi Amna, Yanita Petriella, Arys Aditya, Destyananda Helen).
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper