Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Harga CPO Diproyeksi Belum Akan Reda pada September

Reli pelemahan harga minyak nabati dunia yang menyebabkan tekanan pada kinerja ekspor minyak sawit Indonesia sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat.

Bisnis.com, JAKARTA—Reli pelemahan harga minyak nabati dunia yang menyebabkan tekanan pada kinerja ekspor minyak sawit Indonesia sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat.

Di pasar minyak nabati dunia, crude palm oil (CPO) merupakan ujung tanduk pelemahan harga komoditas minyak nabati lainnya. Permintaan global atas komoditas tersebut merosot 10% pada Agustus dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Permintaan CPO terpuruk semakin dalam akibat kenaikan produksi di Asia Tenggara, rendahnya impor dari China dan India, semakin kompetitifnya harga minyak kedelai, apresiasi kurs ringgit Malaysia, dan stok yang masih cukup di negara-negara pengimpor.

“Harga CPO yang terpuruk hingga ke level terbawah dalam lima tahun terakhir tidak serta merta mendongkrak ekspor CPO karena adanya masalah permintaan di atas,” jelas Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan, Senin (22/9/2014).

Rerata harga CPO di Rotterdam pada Agutus bergerak pada kisaran level US$695-US$815 per metrik ton dengan harga rata-rata bulanan US$753 per metrik ton, turun 10,7% dibandingkan harga rata-rata CPO Juli.

Di pasar global (Cif Rotterdam), rerata harga CPO tercatat terus terkoreksi sejak pekan kedua Agustus hingga akhir bulan. Pada September, harga CPO makin terpuruk, tercermin dari pergerakan di kisaran US$680-US$710 per metrik ton pada dua pekan pertama bulan ini.

Harga CPO diprediksi akan stagnan hingga akhir September. “Kalaupun ada kenaikan, juga tidak akan signifikan karena stok minyak nabati lainnya yang melimpah dan harga yang kompetitif sehingga harga CPO tidak akan terdongkrak,” ungkap Fadhil.

Dia memproyeksi harga salah satu komoditas ekspor tulang punggung Indonesia tersebut hingga akhir September hanya akan bergerak tipis pada kisaran US$700-US$750 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper