Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gawatt, Cabe Diprediksi Hilang di Pasaran Sebentar Lagi

Guru besar agronomi bidang pemuliaan tanaman IPB Prof Muhammad Syukur memprediksikan ketersediaan cabe 2 bulan mendatang akan hilang di pasaran menyusul berkurang jumlah petani yang menanam.
Upaya mengantisipasi lonjakan harga cabe telah dilakukan lewat teknologi tanaman cabe rendah air, maupun teknologi menanam cabe di musim kering. /Bisnis.com
Upaya mengantisipasi lonjakan harga cabe telah dilakukan lewat teknologi tanaman cabe rendah air, maupun teknologi menanam cabe di musim kering. /Bisnis.com

Bisnis.com, BOGOR - Guru besar agronomi bidang pemuliaan tanaman IPB Prof Muhammad Syukur memprediksikan ketersediaan cabe 2 bulan mendatang akan hilang di pasaran menyusul berkurang jumlah petani yang menanam.

"Harga cabe sudah mulai naik, dan kalaupun tambah naik, barangnya tidak ada di pasaran karena petani sekarang lebih memilih menanam padi," kata Syukur di Bogor, Selasa (21/10/2014).

Prof Syukur mengatakan kenaikan harga cabe terutama jenis merah keriting telah terjadi di wilayah Sumatera yakni mencapai Rp60.000 per kilo gram.

Kenaikan ini dikarenakan stok cabe dari wilayah sentra cabe di Sumatera Barat sudah berkurang, lantaran banyak petani yang sudah beralih menanam padi seiring datangnya musim hujan.

"Sepekan lalu kami berkunjung ke Sumatera Barat, petani menyebutkan harga sudah mulai naik, tapi pasokan cabe berkurang karena sudah malas nanam cabe," kata Prof Syukur.

Turunnya minat petani menanam padi dikarenakan beberapa faktor selain karena pengaruh cuaca, juga karena selama setahun ini petani cabe merugi karena tidak mendapatkan keuntungan dari penjualan cabe.

Menurut Prof Syukur, seharusnya petani meraup untung dengan naiknya harga cabe saat panen tiba, akan tetapi selama satu tahun ini harga cabe relatif murah sehingga petani tidak diuntungkan.

Anehnya, lanjut Prof Syukur, musim panas saat ini menyebabkan panen cabe gagal, sehingga pasokan berkurang. Akan tetapi, harga cabe di pasaran tetap normal.

"Diindikasi ada impor gelap terutama untuk saos, industri mengambil pasta impor untuk produksi saos," kata Prof Syukur.

Kasubid Kebijakan Pertanian Direktorat Kajian Strategis Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB Suryo Wiyono mengatakan saat ini petani sedang mengupayakan menanam padi, sebagai imbas dari kekeringan serta harga panen cabe tahun jatuh selama bulan Juni-Juli dan Agustus.

Menurutnya, dengan berkurangnya jumlah petani menanam cabe akan mempengaruhi pasokan cabe nasional, yang berdampak pada kenaikan harga tetapi barang tidak tersedia.

"Adapun yang masih menanam hanya petani di wilayah dataran tinggi seperti kawasan perbukitan Banyuwangi," kata Suryo yang juga Dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB.

Suryo mengatakan upaya mengantisipasi lonjakan harga cabe telah dilakukan lewat teknologi tanaman cabe rendah air, maupun teknologi menanam cabe di musim kering.

Hanya saja ada faktor budaya di petani yang mempengaruhi, seperti petani akan menanam cabe bila ingin mendapat keuntungan lebih, karena pola tanam cabe memebutuhkan biaya besar tetapi jika harga naik maka keuntungan juga diraih.

Tetapi, karena tahun ini petani tidak diuntungkan dengan cabe, petani beralih menanam padi dengan memanfaatkan hujan yang mulai turun pasca kekeringan.

"Tetapi, jika tidak terjadi kenaikan harga, pasokan berkurang ini yang kita curigai industri mendapat pasokan cabe dari mana?," kata Suryo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper