Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Garmen Naik 10% Bulan Depan

Produsen garmen bakal memanfaatkan akhir tahun sebagai momentum penaikan harga sebesar 10%.

Bisnis.com, JAKARTA—Produsen garmen bakal memanfaatkan akhir tahun sebagai momentum penaikan harga sebesar 10%.

Wakil Ketua Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesoris Indonesia (APGAI) Suryadi Sasmita menyatakan biasanya permintaan pada akhir tahun meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Namun pendorong utama penaikan harga bukan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kebijakan ini dinilai hanya mengerek ongkos transportasi sekitar 2%, sehingga tidak signifikan mendorong penaikan harga jual.

"Kami kebanyakan melihat [kenaikan harga jual] dari [fluktuasi] harga bahan baku. Saat ini belum ada lonjakan harga jual garmen, kalaupun akan naik sekitar 10% pada Desember," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Senin (24/11/2014).

Peningkatan permintaan pada akhir tahun diperkirakan mencapai 30% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Kondisi ini terpengaruh momentum Natal dan menjelang tahun baru yang memancing masyarakat menambah belanja pakaian.

Pada dasarnya harga jual garmen pasti naik setiap tahun sejalan dengan arah inflasi. Tapi tidak setiap gejolak perekonomian yang memengaruhi biaya produksi akan dikompensasikan melalui kenaikan harga jual.

Koreksi harga harus mempertimbangkan daya beli konsumen. Oleh karena itu produsen berusaha melakukan efisiensi guna menahan peningkatan ongkos produksi contohnya dengan mengganti bahan baku dan desain.

Secara keseluruhan sepanjang tahun ini penjualan dirasakan sepi, sehingga harga tidak naik. Gejolak cukup terasa berasal dari depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Aspek ini memengaruhi harga bahan baku yang dibeli dari luar negeri.

"Kami mengatur dengan mengubah pasokan bahan baku, kami ambil [dari negara yang harganya lebih murah]. Salah satu sumber impor bahan baku itu China," ujar Suryadi.

Sejauh ini asosiasi optimistis bisnis di sektor garmen bisa tumbuh 10%, sedangkan aksesoris 20%. Total omzet pemasok garmen yang tergabung dalam APGAI berkisar Rp500 miliar - Rp1 triliun sepanjang tahun. Saat ini terdapat 350 merek yang dipayungi APGAI.

Suryadi mengakui harga jual produk garmen sukar dinaikkan lantaran kalah pamor dibandingkan makanan dan minuman (mamin). Mamin tetap menjadi kebutuhan primer sekalipun harganya naik.

Masyarakat cenderung menghemat anggaran belanja pakaian yang notabene kebutuhan sekunder. "Orang-orang akan lebih fokus dulu ke [belanja] makanan," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper