Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chandra Asri (CAP) Pangkas 50% Impor Nafta Mulai 2019

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menargetkan pemenuhan separuh kebutuhan nafta dapat dipasok dari dalam negeri mulai 2019.
Pabrik Chandra Asri Pertochemical/Antara
Pabrik Chandra Asri Pertochemical/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menargetkan pemenuhan separuh kebutuhan nafta dapat dipasok dari dalam negeri mulai 2019.

Direktur SDM dan Administrasi Korporat Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan target itu sejalan dengan pengembangan proyek condensate splitter yang baru menuntaskan fase studi tahap awal.

“Kami membangun condensate splitter karena, pertama kondensat ini yang akan hasilkan nafta untuk bahan baku kami. Selama ini kami mengimpor 100% nafta,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (18/12).

Condensate splitter tersebut akan mengolah 100.000 barel feedstock per hari. Fasilitas ini digarap Chandra Asri Petrochemical (CAP) bekerja sama dengan BP Singapore Pte Ltd (BP). Pengolahan kondensat ini berlokasi di Cilegon, Banten.

Selain mengurangi ketergantungan impor nafta, pembangunan condensate splitter tersebut juga dapat menekan impor produk olahan seperti diesel dan bahan bakar pesawat jet. CAP sendiri membutuhkan nafta untuk bahan baku dalam menghasilkan olefin.

Nota kesepahaman di antara CAP dan BP sebagai kelanjutan dari studi awal pengembangan condensate splitter tersebut sudah diteken. Periode studi awal memakan waktu sekitar 1,5 tahun dan setelah ini akan dilakukan engineering design.

Engineering design ditargetkan selesai tidak sampai akhir tahun depan. Untuk condensate splitter ini ditargetkan beroperasi mulai 2019,” ucap Suryandi.

Saat ini kebutuhan nafta Chandra Asri di kisaran 1,7 juta ton per tahun. Pada saat infrastruktur tersebut selesai digarap diperkirakan permintaan nafta mencapai 2 juta ton per tahun. Apabila condensate splitter memenuhi 50% dari kebutuhan setara 1 juta ton.

Suryandi mengaku belum dapat membeberkan soal kebutuhan investasi maupun porsi kepemilikan dan skema pendanaan proyek tersebut. Perihal ini baru bisa diketahui selepas fase engineering design yang selanjutnya masuk ke tahap keputusan investasi.

Pada masa mendatang CAP berencana memperdalam bisnis di sektor melalui pembangunan satu unit kilang minyak di Cilegon. Kajian proyek ini dilakukan sejak 1,5 tahun terakhir tetapi belum dapat dipastikan kapan selesai lantas direalisasikan.

"Nanti dari kilang minyak bisa masuk ke cracker. Lokasinya di sini [Cilegon], dan bisnis kami jadi lebih terintegrasi," tutur Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) Erwin Ciputra.

Dia belum bersedia membeberkan informasi detil proyek, seperti nilai investasi maupun kapasitas produksi kilang tersebut. Tapi Erwin memastikan pihaknya akan mencari mitra asing dalam proyek ini.

CAP merupakan perusahaan petrokimia terintegrasi di Indonesia yang memproduksi olefin dan poliolefin. Perseroan ini adalah satu-satunya yang mengoperasikan naphtha cracker dan merupakan produsen tunggual untuk styrene monomer dan butadiene.

BP  adalah salah satu perusahaan minyak dan gas berskala global. Korporasi ini mengoperasikan dan memasarkan produk-produk di lebih dari 80 negara. Salah satu investasi BP di Indonesia ialah eksplorasi dan produksi LNG Tangguh sejak 2009.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper