Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Lebih Menguntungkan

Badan Pusat Statistik menyatakan usaha perkebunan kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan dengan perkebunan tebu dan karet karena rasio persentase biaya komoditas andalan Indonesia tersebut lebih rendah dibandingkan yang lain.
tanda buah segar kelapa sawit./Bisnis
tanda buah segar kelapa sawit./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -  Badan Pusat Statistik menyatakan usaha perkebunan kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan dengan perkebunan tebu dan karet karena rasio persentase biaya komoditas andalan Indonesia tersebut lebih rendah dibandingkan yang lain.

"Usaha kelapa sawit lebih menguntungkan daripada tebu dan karet karena memiliki rasio persentase biaya setahun yang lebih rendah dibandingkan dengan karet dan tebu," kata Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (23/12/2014).

Secara struktur, kata Suryamin, biaya produksi kelapa sawit paling banyak dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja yang mencapai 31,71 persen, sementara karet jauh lebih tinggi mencapai 57,09 persen dan tebu sebesar 26,21 persen.

Suryamin mengatakan, total nilai produksi untuk tanaman sawit per tahun per hektar sebesar Rp17 juta, sementara biaya produksi hanya berkisar 57,05 persen atau senilai 9,7 juta per hektar.

Sementara untuk karet, lanjut Suryamin, nilai total produksi sebesar Rp12,9 juta dan untuk biaya produksi mencapai 71,54 persen atau senilai Rp9,2 juta. Dan untuk tebu, nilai total produksi sebesar Rp31 juta, dan biaya produksi Rp24,2 juta atau 77,98 persen.

"Kegiatan usaha kelapa sawit secara relatif lebih menguntungkan dibandingkan karet dan tebu," kata Suryamin.

Pada komoditas kelapa sawit, sebagian besar biaya dipergunakan untuk membayar upah tenaga kerja sebesar 31,71 persen dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 19,85 persen dari seluruh total biaya.

Jenis pengeluaran lain yang cukup besar pada struktur pengeluaran kelapa sawit adalah, pengeluaran untuk sewa lahan yang mencapai 30,97 persen, sementara rata-rata jumlah pengeluaran untu pupuk, pestisida dan stimulan masing-masing sebesar 18,44 persen, 2,33 persen, dan 0,05 persen.

Sementara untuk struktur pengeluaran komoditas tanaman karet relatif memiliki kesamaan dengan kelapa sawit, namun dari sisi pengeluaran tenaga kerja untuk pemanenan menghabiskan porsi paling besar mencapai 57,09 persen dari total biaya.

Sementara untuk tebu, memiliki pola struktur rata-rata pengeluaran yang sedikit berbeda dengan komoditas kelapa sawit dan karet, dimana rata-rata biaya untuk jasa pertanian relatif cukup besar mencapai 4,74 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper