Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran KUR Bisa Mematikan Koperasi dan LKM

Program kredit usaha rakyat atau KUR yang tengah digencarkan oleh pemerintah dengan bunga 9% tersebut dianggap akan menghabisi koperasi kredit, koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan mikro atau LKM.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com,JAKARTA- Program kredit usaha rakyat atau KUR yang tengah digencarkan oleh pemerintah dengan bunga 9% tersebut dianggap akan menghabisi koperasi kredit, koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan mikro atau LKM.

Ketua Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (Akses) Suroto mengatakan program KUR mengatakan penurunan bunga KUR sejak Agustus 2015 sebesar 22%, kemudian diturunkan ke 12%, lalu 9% sejak awal 2016 dan dijamin oleh Jamkrindo dan Askrindo hingga non performance loan (NPL) 80% secara konsep dianggap baik.

Tapi, lanjutnya, jika dipaksakan mengakibatkan beberapa konsekuensi yakni keberadaan koperasi kredit, simpan pinjam dan LKM akan terancam. Selain itu itu, menurutnya, pemberian subsidi bunga justr berakibat merusak moral bankir sendiri.

Menurutnya, secara khitah penurunan suku bunga itu tidak cocok dilakukan bann karena lembaga keuangan itu bertujuan mengejar keuntungan sehingga dianggap tidak mungkin mampu memikul misi pemberian kredit untuk menggerakkan perekonomi masyarakat ini.

Dia mengatakan, sejak awal para bankir telah memprotes adanya usulan kebijakan kuota sektor terutama untuk biayai sektor pertanian dan perikanan rakyat yang jadi kunci kedaulatan ekonomi rakyat.

Mereka sukanya ya kembali ke habitatnya untuk ambil sektor perdagangan yang sudah jenuh,” ujarnya, Senin (25/7/2016).

Sebagai konsekuensinya, pangsa pasar koperasi dan LKM perlahan akan tersedot ke sektor perbankkan dan dipastikan akan babak belur menghadapi persaingan ini. Penyaluran KUR yang dilakukan oleh bank juga menurut Suroto akan menyebabkan menurunnya daya saing sektor perbankan.

Mestinya penurunan suku bunga ini secara teori dibangun dari pengembangan basis sektor riilnya terlebih dahulu. Bukan sebaliknya, suku bunga diturunkan secara paksa,” tambahnya.

Dia menilai, sektor usaha mikro dan kecil serta koperasi semestinya diakselerasi terlebih dahulu dengan agenda reformasi yang jelas. Dengan bergerakknya sektor riil barulah kemudian suku bunga itu akan turun dengan alamiah.

Menurutnya, berdasarkan data statistik, koperasi Indonesia yang mestinya berperan di sektor riil ekonomi rakyat saat ini kondisinya masih sangat memprihatinkan. Kalau statistik dunia menunjukkan angka 95% itu bergerak di sektor pangan dan energi (domestik), koperasi di negeri ini tunjukkan statistik sebaliknya, justru 92% berada dalam sektor keuangan.  Kondisi inilah yang menurutnya harus digarap terlebih dahulu.

Setelah langkah itu, menurutnya, sebaiknya pemerintah melakukan promosi secara luas mengenai fungsi dan manfaat koperasi serta keunggulannya. Pemerintah juga garus mengkonsolidasikan usaha-usaha koperasi sektor riil dengan memberikan perintah pembiayaan KUR ke sektor riil melalui isntrumen kelembagaan koperasi, bukan bank.

Sekali lagi, bank baik BUMN maupun swasta itu mengejar keuntungan.  Berbeda dengan koperasi yang tujuanya besarkan manfaat untuk anggota dan masyarakat,” terangnya.

Suku bunga, menurutnya, akan turun dengan sendirinya karena ditopang oleh sektor riil yang kuat, dan fundamental ekonomi Indonesia akan kuat karena sektor domestik terutama pangan dan energi bisa dipenuhi secara mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper