Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Kakao Olahan Ditarget Naik 10%

Industri pengolahan kakao memperkirakan produksi tahun ini naik setidaknya 10% dibanding tahun lalu.

Bisnis.com, JAKARTA—Industri pengolahan kakao memperkirakan produksi tahun ini naik setidaknya 10% dibanding tahun lalu.

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya memproyeksikan industri domestik tahun ini mampu mengolah sebanyak 430.000 ton kakao. Volume produksi kakao olahan domestik pada tahun lalu sebanyak 390.000 ton.

“Produksi mungkin naik 10%, tapi biji kakaonya semakin sulit didapat. Mau tidak mau industri mengimpor bahan baku,” ujar Sindra kepada Bisnis, Selasa (20/6).

Sindra menyatakan di satu sisi produksi biji kakao domestik belum mampu memenuhi permintaan industri. Perkebunan lokal hanya mampu memproduksi sebanyak 340.000 ton kakao. Sementara itu kapasitas terpasang industri pengolahan kakao mencapai 800.000 ton per tahun.

“Pasokan kakao di dalam negeri saja belum bisa menutupi kebutuhan industri. Ditambah lagi, produktifitas perkebunan kakao tahun ini merosot lagi, ya makanya kami antisipasi dengan meningkatkan impor,” kata dia.

Badan Pusat Statistik mencatat volume impor kakao periode Januari—Mei 2017 sebanyak 100,09 ribu ton, atau naik 226% dari volume impor periode Januari—Mei 2016 sebanyak 32 ribu ton. Kenaikan volume impor Januari—Mei 2017 itu juga sejalan dengan kenaikan nilai impor sebesar 135,5% yoy menjadi senilai US$264,1 juta.

Volume impor kakao pada bulan Mei 2017 tercatat sebanyak 20.150 ribu ton dengan nilai US$52,5 juta. Angka itu naik 15,27% dibanding nilai impor bulan sebelumnya senilai US$45,6 juta dengan volume sebanyak 18.634 ton. Realisasi impor kakao pada tahun lalu mencapai 61 ribu ton.

Sindra menyatakan produktifitas perkebunan kakao domestik terus tergerus lantaran banyak alihfungsi lahan kakao menjadi perkebunan sawit. Industri pengolahan kakao berharap pemerintah berkomitmen untuk mendorong peningkatan produktifitas biji kakao domestik.

“Pemerintah harus mendorong intensifikasi lahan kakao eksisting, remajakan dan rehabilitasi kebun-kebun kakao yang sudah tua. Insentif pemupukan kepada kakao perlu ditingkatkan supaya produksinya naik.”

Menurutnya, sebanyak 85% kakao olahan yang diproduksi pabrikan domestik lebih banyak diserap pasar ekspor. Pasar utama tujuan ekspor kakao olahan Indonesia merupakan

Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah. “Demand global untuk produk olahan kakao selalu naik, tumbuhnya 2—5% setiap tahun Harusnya pemerintah melihat peluang itu dengan memberikan banyak kemudahan untuk sektor ini,” ujar dia.

Industri Pengolahan Kakao merupakan salah satu sektor industri prioritas Dirjen yang tertera di dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. Dirjen Industri Agro Panggah Susanto menyatakan pengenaan bea keluar pada bijih kakao mestinya diberlakukan untuk menjamin ketersediaan bagan baku bagi industri.

Sektor industri pengolahan kakao, menurutnya, perlu terus didorong berekspansi mengingat konsumsi kakao per kapita di Indonesia baru mencapai 0,4 kilogram per tahun. Sementara itu, konsumsi kakao per kapita di negara ASEAN pada umumnya mencapai 1 kilogram per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper