Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gasifikasi Batu Bara, Sedin Tunggu Kajian Pupuk

Perusahaan asal China Sedin Engineering Company Ltd. menunggu kajian proyek pengolahan batu bara (gasifikasi) dari sejumlah perusahaan, termasuk Pupuk Indonesia.
Pekerja berjalan di atas timbunan batu bara, di Asam-asam, Kalimantan Selatan./Bloomberg-Dadang Tri
Pekerja berjalan di atas timbunan batu bara, di Asam-asam, Kalimantan Selatan./Bloomberg-Dadang Tri

Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan asal China Sedin Engineering Company Ltd. menunggu kajian proyek pengolahan batu bara (gasifikasi) dari sejumlah perusahaan, termasuk Pupuk Indonesia.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Sedin terus menjajaki rencana pendirian pabrik gasifikasi batu bara. "Sedin masih menunggu kajian dari Pupuk,” kata Airlangga menjawab Bisnis, Selasa, (15/8/2017).

Perusahaan asal China tersebut sedang menjajaki rencana kerja sama pembangunan pabrik gasifikasi gas dengan mitra lokal di Tanah Air. Pemerintah menyarankan jika kerja sama tersebut dapat dilakukan dengan menggandeng perusahaan pupuk nasional.

Menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), ada tiga perusahaan yang sedang melakukan studi kelayakan (feasibility study/FS) gasifikasi batubara yakni Pupuk Indonesia, PT Panca Amara Utama (PAU), dan produsen petrokimia global milik Sri Prakash Lohia, Indorama Corporation.

Pupuk Indonesia menargetkan studi kelayakan investasi skema gasifikasi batubara pada pabrik pupuk dapat selesai pada akhir tahun ini. Jika pembangunan pabrik tersebut dapat direalisasikan tahun depan, Pupuk Indonesia merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memanfaatkan gasifikasi batu bara sebagai bahan baku petrokimia.

Selain itu, Airlangga menyatakan jika investor masih memperhitungkan harga batu bara yang dinilai masih tinggi sekitar US$80 per ton. Investor asing menginginkan harga batubara bisa ditekan mencapai US$20 per ton.

Demi menekan harga batubara tersebut pemerintah menyiapkan berbagai cara, salah satunya dengan memangkas biaya angkut dengan menempatkan pabrik dekat dengan pertambangan batu bara. “Potensinya ada di wilayah Sumatra seperti Lampung dan Sumatra Selatan, di Kalimantan ada di Kalimantan Timur serta Kalimantan Utara. Kita lihat saja nanti di mana yang lebih sesuai,” katanya.

Sebelumnya, Achmad Sigit Dwiwahjono, Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin, menyampaikan jika harga gas hasil konversi pengolahan gasifikasi batu bara lebih kompetitif ketimbang gas bumi. Perbandingan antara gas bumi dengan gas hasil gasifikasi batu bara selisihnya dapat mencapai 30% lebih murah.

Menurutnya, gasifikasi batubara dapat mengolah sebanyak 100.000 ton batu bara untuk menghasilkan gas sebanyak 3.600 MMbtu. Industri sebagai pengguna akhir dapat memperoleh harga produk hasil gasifikasi senilai US$4—US$5 per MMbtu. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan harga yang dikenakan pemasok gas bumi kepada industri yaitu di atas US$7 per MMbtu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper