Bisnis.com, JAKARTA--PT PERTAMINA (Persero) perlu melakukan efisiensi sebesar 20% di paruh kedua agar laba bersih di tahun ini mengacu pada rencana kerja perusahaan sebesar US$2,3 miliar bias tercapai.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan untuk paruh pertama 2017, tercatat kinerja perseroan naik 19% dari sisi pendapatan. Hal itu, katanya, disebabkan kenaikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan naiknya harga minyak.
Di paruh pertama 2017 ini, perseroan membukukan pendapatan sebesar US$20,5 miliar atau lebih tinggi dari capaian periode yang sama tahun lalu yakni US$17,2 miliar. Namun, pertumbuhan pendapatan masih di bawah pertumbuhan harga minyak yang sejak periode yang sama tahun 2016 telah tumbuh 35% yakni menjadi US$48,9 per barel dari semula US$36,16 per barel.
Dari sisi laba bersih, perseroan mencatatkan penurnan 24% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Pada tahun ini, Pertamina memperoleh laba bersih sebesar US$1,4 miliar atau lebih rendah dari capaian tahun lalu periode yang sama sebesar US$1,83 miliar. Begitu pula dengan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) di tahun ini yang turun 22,9% daro US$4,1 miliar menjadi US$3,16 miliar.
Untuk bisa mengerek naik laba bersih, ujar Arief, pihaknya perlu melakukan efisiensi paling tidak sebesar 20%. Dengan demikian, target laba bersih US$2,3 miliar bisa tercapai di akhir tahun.
"Proyeksi kita, US$2,3 miliar itupun dengan berbagai upaya efisiensi," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (16/8/2017).
Selain efisiensi, capaian laba bersih di akhir tahun, katanya, sangat bergantung pada realisasi harga minyak. Asumsi efisiensi sebesar 20% harus dilakukan perseroan untuk mencapai target bila harga minyak tak mengalami perubahan hingga pengujung 2017.
"Semuanya bergantung pada harga. Kalau harga tidak berubah kita lakukan efisiensi 20% di second half," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel