Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Dukung Upaya Pengendalian Impor

Pengusaha domestik mendukung upaya pengendalian impor oleh pemerintah, karena dipandang efektif mempercepat upaya meminimalisasi defisit neraca transaksi berjalan dalam jangka pendek.
Ditjen Bea Cukai Kemenkeu menggelar program penertiban impor berisiko tinggi./Dok. Ditjen Bea Cukai
Ditjen Bea Cukai Kemenkeu menggelar program penertiban impor berisiko tinggi./Dok. Ditjen Bea Cukai

Bisnis.com, JAKARTA —  Pengusaha domestik mendukung upaya pengendalian impor oleh pemerintah, karena dipandang efektif mempercepat upaya meminimalisasi defisit neraca transaksi berjalan dalam jangka pendek.

Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan kuartal II/2018 mencapai US$8 miliar, atau 3,0% dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya senilai US$5,7 miliar atau 2,2% dari PDB.

Sekjen Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan saat ini dikarenakan terlalu banyaknya pelaku usaha yang memanfaatkan kemudahan impor.

Sehingga, defisit neraca transksi berjalan membengkak dan bahkan mematikan industri dalam negeri yang bergerak di sektor yang sama.

"Iya memang harusnya dilakukan [pengendalian impor], karena kita terlalu banyak melakukan impor barang yang sudah dapat diporduksi di dalam negeri," katanya, Rabu (15/8/2018).

Untuk sektor tekstil, dia mengatakan, 50% dari sekitar US$7 miliar produk impor sudah dapat dipenuhi pelaku industri dalam negeri. Sehingga, katanya, pengendalian impor yang efektif dapat menghemat cadangan devisa sekitar $3,5 miliar.

Tidak hanya menekakan defisit, dia mengatakan, pengendalian impor dapat membuat geliat industri dalam negeri membaik kembali.

"Investasi dalam negeri akan naik, penerimaan pajak meningkat, jadi pemerintah sebenarnya tidak perlu takut melakukan pengendalian impor," katanya.

Ketua Kamar dagang dan industri (Kadin) Indonesia Rosan Roselani juga mendukung rencana pemerintah untuk melakukan pengendalian impor.

Hanya saja, dia berharap, pengendalian impor lebih ditujukan kepada barang konsumtif, yang permintaannya tidak terlalu tinggi di Indonesia, seperti barang mewah. Dengan demikian, restriksi impor tidak terlalu memberatkan pelaku industri dan masyarakat selaku konsumen.

"Kendalikan barang impor yang konsumtif lah, seperti mobil sport, kalau perlu setop saja dulu," katanya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, pemerintah harus berhati-hati dalam melakukan rencana pengendalian impor, karena ada barang yang dibutuhkan industri.

Meski demikian, katanya jika pemerintah hanya melakukan pengereman impor dari barang yag terkait infrastruktur, Bhima memprediksi pemerintah minimum dapat menghemat devisa senilai US$4 miliar.

Sementara itu, Sekretaris Umum Asosiasi Eksportir dan Importir Buah dan Sayur Segar Indonesia Hendra Juwono mengatakan, strategi yang paling efektif untuk menekan defisit transaksi berjalan adalah dengan peningkatan ekspor.

"Buah-buah kita sangat diminati di Internasional, seserti pisang, nanas, ubi manis, kunyit, daun sereh sesuai dengan iklim tropisnya," katanya.

Hanya saja, dia mengatakan, pemerintah harus memberikan bantuan kepada para petani dalam hal penyediaan infrasstruktur irigasi dan penyediaan bibit unggul, yang mana sangat penting untuk patani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper