Diprotes Karyawan, Google Klaim Proyek Dragonfly Masih Belum Pasti Diluncurkan

Annisa Margrit
Jumat, 17 Agustus 2018 | 11:05 WIB
Logo Google terlihat di luar kantor perusahaan teknologi tersebut di Beijing, China, Rabu (8/8)./Reuters-Thomas Peter
Logo Google terlihat di luar kantor perusahaan teknologi tersebut di Beijing, China, Rabu (8/8)./Reuters-Thomas Peter
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Menyusul protes dari para karyawannya, Google menyatakan rencana meluncurkan mesin pencari di China masih dalam tahap awal. 
 
Hal itu disampaikan oleh CEO Google Sundar Pichai dan Co-Founder Google Sergey Brin dalam sebuah pertemuan dengan para karyawan Google, Kamis (16/8/2018). 
 
"Kita masih jauh dari peluncuran mesin pencari di China. Apakah kita akan meluncurkannya atau tidak juga masih belum pasti," papar Pichai, sesuai transkrip dari pertemuan itu yang diterima Bloomberg, Jumat (17/8).
 
Bloomberg mendapatkan transkrip tersebut dari dua sumber yang menolak diungkapkan identitasnya. Terkait hal ini, Google masih belum memberikan komentarnya. 
 
Dalam transkrip dari pertemuan tersebut, Pichai menuturkan misi perusahaan adalah mengorganisir informasi yang ada di dunia.
 
"Populasi China mencapai seperlima dari total populasi dunia. Saya kira jika kita ingin melakukan misi kita dengan baik, saya pikir kita harus berpikir secara serius mengenai bagaimana bekerja dengan lebih baik di China," terangnya.
 
Lebih dari seribu karyawan Google juga telah menandatangan petisi internal yang menekankan bahwa proyek yang dinamakan Dragonfly itu memunculkan isu moral dan etis yang patut dipertanyakan. Perusahaan juga diminta untuk lebih transparan.
 
Kabar Google berniat meluncurkan mesin pencari khusus untuk pasar China santer terdengar dalam beberapa pekan terakhir. Rencana ini menuai reaksi negatif karena layanan mesin pencari itu menyensor atau memblokir sejumlah konten yang dianggap sensitif bagi Pemerintah China, seperti agama dan hak asasi manusia.
 
Mesin pencari Google memang tidak bisa digunakan di China saat ini setelah perusahaan asal California, AS itu menarik server-nya dari Negeri Panda delapan tahun lalu. Hal itu terkait dengan kebijakan Tiongkok dalam hal kebebasan informasi. 
 
Tidak beroperasinya sejumlah perusahaan teknologi dunia di negara itu membuat perusahaan lokal menikmati dominasi. Baidu menjadi mesin pencari yang paling banyak digunakan di China, sedangkan Weibo adalah media sosial yang paling populer. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Bloomberg
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper