Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China dan AS Kembali Ke Meja Perundingan Akhir Bulan Ini

China dan AS akan kembali berunding untuk membicarakan sengketa dagang di antara kedua negara, yang sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. 
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX

Bisnis.com, JAKARTA -- China dan AS akan kembali berunding untuk membicarakan sengketa dagang di antara kedua negara, yang sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. 

"Delegasi dari China yang dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen akan bertemu dengan Penasihat Menteri Keuangan untuk Urusan Internasional AS David Malpass," tulis Kementerian Perdagangan China melalui laman resminya, seperti dilansir Reuters, Jumat (17/8/2018).
 
Presiden AS Donald Trump pun meminta agar China memberikan penawaran lebih ke meja perundingan kali ini.
 
“Jika China tidak memberikan penawaran yang dapat kami terima, kami tidak akan membuat kesepakatan hingga penawaran itu adil untuk negara kami,” kata Trump, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (17/8).
 
Lebih lanjut, The Wall Street Journal melaporkan bahwa pertemuan tersebut akan dilangsungkan di Washington, AS pada 21-22 Agustus 2018, yakni sebelum tarif untuk produk impor asal masing-masing negara senilai US$16 miliar resmi diberlakukan.
 
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow juga menyatakan optimismenya atas kunjungan delegasi China kali ini. Namun,  dia terus mengingatkan agar pemerintahan Xi Jinping tidak meremehkan upaya Trump yang ingin mendorong agar China mengubah kebijakan ekonominya.
 
"Pemerintah China jangan meremehkan keinginan dan kegigihan Presiden Trump untuk melanjutkan peperangan ini, yaitu upaya [Trump] agar China menghilangkan hambatan kuota, tarif dan nontarif, menghentikan praktik pencurian/pemaksaan transfer teknologi," papar Kudlow.
 
Di dalam pertemuan kabinet di Gedung Putih, dia juga menilai pelemahan mata uang yuan dalam beberapa bulan terakhir akibat tensi dagang telah memperlihatkan bahwa AS berada di posisi yang menguntungkan di dalam perang dagang ini.
 
"Mungkin ada beberapa manipulasi [dari China terhadap mata uangnya], tapi menurut saya, sekarang investor banyak yang keluar dari China dan kembali ke AS karena ekonomi AS itu lebih baik, sedangkan ekonomi China tampak buruk," lanjutnya.
 
Kendati pertemuan tersebut dipandang sebagai suatu kemajuan di dalam eskalasi tensi dagang, beberapa analis menilai pembicaraan tersebut belum akan mencapai suatu mufakat. Pasalnya, pembicaraan itu hanya dilakukan oleh pejabat level rendah dan perwakilan dari AS justru berasal dari Departemen Keuangan alih-alih dari Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR).
 
Empat orang sumber dari komunitas bisnis AS dan China mengungkapkan bahwa mereka tidak memiliki ekspektasi yang tinggi untuk perundingan ini, terlebih lagi jika pejabat USTR tidak diikutsertakan. Sumber tersebut menilai perundingan ini tampak hanya untuk mestabilkan pasar. 
 
"Ini hanya akan membuang-buang waktu kedua pemerintahan (khususnya China)... Siapa yang mengira Depkeu AS memiliki kuasa untuk membuat kesepakatan yang dapat mengakhiri perang dagang?" tulis Wakil Direktur Freeman Chair untuk Studi China di Center for Strategic and International Studies di Washington lewat akun Twitter-nya.
 
Selain itu, kesepakatan juga dinilai masih jauh untuk tercapai karena masih ada selisih yang lebar antara Washington dan Beijing terkait permintaan AS agar China meningkatkan akses pasar dan proteksi kekayaan intelektual terhadap perusahaan AS, memangkas subsidi industri,dan mengurangi defisit perdagangan dengan AS yang tahun lalu nilainya mencapai US$375 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters, Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper