Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Harga Bahan Baku Picu Penurunan Ekspor Produk Farmasi

Kenaikan harga produk farmasi akibat tingginya harga bahan baku, membuat ekspor produk tersebut terkoreksi sepanjang tahun ini. 
Industri farmasi/indianmirror
Industri farmasi/indianmirror

Bisnis.com, JAKARTA -- Kenaikan harga produk farmasi akibat tingginya harga bahan baku, membuat ekspor produk tersebut terkoreksi sepanjang tahun ini. 

Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Vincent Harijanto mengatakan, hal tersebut membuat daya saing produk Indonesia di luar negeri menjadi turun. Alhasil, ekspor produk farmasi mengalami koreksi pada tahun ini.

"Kami ini bergantung pada bahan baku yang 95% diimpor. Selain karena depresiasi rupiah, tingginya harga bahan baku juga dikarenakan kenaikan harga bahan baku itu sendiri dari negara asalnya, yakni China," jelasnya, Rabu (17/10/2018).

Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional sepanjang Januari-September 2018 terkoreksi 6,85% secara year on year (yoy). 

Apabila dirinci, pada periode yang sama produk farmasi nilai ekspornya turun 2,68%. Sementara itu bahan farmasi terkoreksi 18,68% dan simplisia atau bahan obat tradisional turun 2,23%.

Namun demikian, dia mengklaim penurunan ekspor tersebut belum terlalu signifikan mengurangi kinerja industri farmasi dalam negeri. Pasalnya, porsi ekspor produk farmasi RI masih di bawah 20% dari total produksi nasional.

"Yang menjadi kejanggalan saya, kenapa ekspor bahan farmasi terkoreksi dalam sekali. Padahal industri farmasi RI sangat sedikit yang bisa mengekspor bahan farmasi, orang kita lebih banyak impor. Akan saya cek nanti," lanjutnya.

Terpisah, Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop  Nainggolan mengatakan, untuk mendukung pengembangan ekspor produk farmasi dan alat kesehatan, pemetintah telah mengeluarkan kebijakan percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan melalui insttuksi presiden (Inpres) No. 6/2016. 

Menurutnya, salah satu yang menjadi sorotan adalah upaya pengembangan produksi bahan baku obat, obat, dan alat kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

“Produk farmasi dan alat kesehatan Indonesia layak diperhitungkan dan bersaing dengan produk dari negara lain. Diharapkan melalui Inpres tersebut dapat terwujud peningkatan ekspor produk segmen ini,” ujar Marolop, seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu (17/10).

Menurut Marolop, terdapat beberapa tantangan dan kendala yang mengemuka dalam kegiatan ekspor produk farmasi dan alat kesehatan ini, salah satunya semakin sulit dan ketatnya persyaratan untuk registrasi produk farmasi di negara tujuan ekspor. Hal ini disebabkan setiap negara tujuan ekspor berupaya melakukan proteksi, salah satunya dalam bentuk proses perizinan yang memakan waktu lama, bahkan hingga lima tahun. 

Tantangan lain, lanjutnya adalah persaingan harga dengan produsen produk sejenis dari negara lain. Pesaing utama untuk produk segmen ini, khususnya datang dari China dan India yang dapat memproduksi obat dengan harga yang sangat murah.

Selanjutnya, terkait bahan baku farmasi produksi Indonesia yang umumnya masih impor dengan komponen mencapai 80—%90%. Hal ini disebabkan kurangnya pasokan bahan baku dari dalam negeri. 

Kendala lainnya adalah belum terciptanya harmonisasi regulasi antara kementerian/lembaga terkait dengan berbagai negara tujuan ekspor.

Masalah teknis, lanjut Marolop, sering kali terjadi pada proses pengiriman. Hal ini karena ekspor produk farmasi seperti vaksin harus dikirim segera dan dalam waktu 24 jam harus tiba di lokasi, sehingga menggunakan mekanisme pengiriman khusus (cold chain) dan kontainer khusus. 

Hal ini menyebabkan beban pengiriman menjadi mahal terutama ke negara-negara di kawasan yang cukup jauh, seperti ke benua Amerika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper