Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Infrastruktur Didorong Pakai Baja, Pengusaha Siap Dukung

Industri baja dalam negeri menyatakan siap memenuhi kebutuhan proyek infrastruktur dalam negeri mengingat tingkat utilisasi masih cukup rendah.
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto

Bisnis.com, JAKARTA--Industri baja dalam negeri menyatakan siap memenuhi kebutuhan proyek infrastruktur dalam negeri mengingat tingkat utilisasi masih cukup rendah.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendorong penggunaan baja konstruksi dalam pembangunan sejumlah proyek infrastruktur karena dinilai lebih efisien dan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan beton. Perluasan penggunaan baja pada proyek infrastruktur diperkirakan bisa meningkatkan produksi pabrikan nasional pada kisaran 10%--20%.

Yerry Idroes, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (the Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA), mengatakan pihaknya menyambut baik upaya tersebut karena industri dalam negeri secara kuantitas dan kualitas mampu memenuhi kebutuhan baja untuk proyek infrastruktur.

"Kami perlu peluang lebih banyak untuk masuk ke infrastruktur, utilisasi masih rendah sekitar 50%--58%," ujarnya Rabu (17/10/2018).

Dia menjelaskan kebutuhan dalam negeri pada tahun ini diperkirakan sebesar 17 juta ton, sedangkan produksi pabrikan dalam negeri sebesar 13 juta ton. Sisanya, diisi oleh produk impor.

Menurutnya, impor tidak masalah selama yang masuk merupakan produk yang belum mampu diproduksi oleh industri dalam negeri, seperti baja untuk sektor otomotif.

Yerry menyatakan saat ini serapan baja dalam negeri untuk konstruksi cukup terganggu dengan praktik pelarian HS number impor baja karbon yang dilapisi boron dengan kadar sangat rendah dan masuk sebagai baja paduan. Impor baja paduan mendapatkan bea masuk sebesar 0%--5%, sedangkan untuk baja karbon jenis hot rolled coil (HRC) dan cold rolled coil (CRC) ditetapkan sebesar 10%--15%.

Oleh karena itu, pabrikan meminta impor baja paduan tersebut bisa distop karena menekan utilisasi industri dalam negeri. "Sekarang pemerintah kan ada kebijakan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan juga mengenai impor dari Kemendag. Kami harap implementasinya bisa lebih tegas," ujar Yerry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper