Disarankan ke UGD, Pengguna Aplikasi Kesehatan Justru Ngambek

Duwi Setiya Ariyanti
Rabu, 17 Oktober 2018 | 09:29 WIB
Chief of Medical Halodoc Irwan Heriyanto (kiri), memberikan tips pemakaian masker yang benar, disaksikan Founder sekaligus Chief Executive Officer Halodoc, Jonathan Sudharta (kedua kiri) dan Head Go-MED Inggrid Silalahi (kedua kanan)saat pencanangan kampanye #INDONESIASEHAT di Jakarta, Senin (14/8)./JIBI-Dedi Gunawan
Chief of Medical Halodoc Irwan Heriyanto (kiri), memberikan tips pemakaian masker yang benar, disaksikan Founder sekaligus Chief Executive Officer Halodoc, Jonathan Sudharta (kedua kiri) dan Head Go-MED Inggrid Silalahi (kedua kanan)saat pencanangan kampanye #INDONESIASEHAT di Jakarta, Senin (14/8)./JIBI-Dedi Gunawan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Aplikasi layanan kesehatan daring memberikan bergam kemudahan bagi penggunanya. Namun, platform ini mengharuskan adanya adaptasi perilaku baik bagi dokter maupun pasien.

Ketua asosiasi perusahaan rintisan di bidang teknologi kesehatan yang disebut Healthtech.id, Gregorius Bimantoro, mengatakan harus ada turan tentang cara penggunaan aplikasi oleh praktisi medis dan pengguna.

Dia menyebut pembuatan standar pelayanan hingga pedoman untuk membuat diagnosis. Kebiasaan dokter bertemu langsung dengan pasien dan penggunaan platform untuk menjangkau pasien berbeda secara signifikan.

Sebagai contoh, untuk bisa mendiagnosis, dokter tak hanya mendengarkan keluhan dari pasien. Dokter harus melihat dan memeriksa fisik sehingga bisa memberikan diagnosis yang relevan. 

Hal ini juga akan berdampak pada layanan yang mungkin diakomodasi melalui platform. Contohnya, layanan agar dokter bisa datang ke rumah.

Menurutnya, keluhan berupa bibir biru saja bisa diterjemahkan ke banyak penyakit sehingga penting bagi para dokter untuk memiliki panduan dalam menggunakan platform digital. 

Uji kompetensi dokter saat ini, katanya, baru menyentuh bagaimana menyapa pasien belum menyentuh bagaimana menggunakan platform digital.

"Ada diagnosis tertentu yang bisa di-select dan bisa dikerjakan lewat tanya jawab di online. Itu mau disusun juga," katanya.

Dari segi pengguna, tuturnya, perlu juga ditetapkan cara-cara menggunakan platform untuk layanan jasa kesehatan. Sebagai contoh, kata Gregorius, pengguna terkadang sulit untuk menerima saran dokter yang menyebut bahwa gejala tertentu harus ditangani di Unit Gawat Darurat (UGD).

Para pengguna justru mengganggap upayanya menggunakan platform sia-sia saja bila pada akhirnya pengguna harus pergi ke klinik atau rumah sakit. Menurutnya, terdapat diagnosis tertentu yang tak bisa diberikan hanya dengan penjelasan melalui komunikasi berupa teks, telepon atau telepon video.

"User tuh suka tersinggung kalau dibilang segera ke UGD," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper