Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Digempur Pemain Asing, Industri Furnitur DKI Makin Terperosok

Pelaku usaha furnitur di Jakarta mengaku tengah ngos-ngosan dalam menghadapi persaingan usaha serupa yang datang dari gempuran pengusaha asing.
Pengunjung mengamati produk furnitur pada pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2017 di JI Expo, Jakarta, Sabtu (11/3)./Antara-Wahyu Putro A
Pengunjung mengamati produk furnitur pada pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2017 di JI Expo, Jakarta, Sabtu (11/3)./Antara-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku usaha furnitur di Jakarta mengaku tengah ngos-ngosan dalam menghadapi persaingan usaha serupa yang datang dari gempuran pengusaha asing.

Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) DKI Ade Firman menuturkan dalam dua tahun terakhir bisnis furnitur terutama di DKI semakin anjlok menyebabkan banyak pelaku usaha gulung tikar.

"Setidaknya ada dua penyebab ambruknya bisnis furnitur di Jakarta selama ini. Pertama regulasi yang tidak pro terhadap usaha ini dan kedua serbuan pemain furnitur asing dengan harga murah yang mematikan produk lokal," ujarnya, Selasa (19/9).

Dia menjelaskan aturan yang menghambat industri furnitur di Jakarta semakin terjerembab adalah terkait kewajiban pelaku usaha dalam Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) untuk produk hilir.

Menurutnya, regulasi tersebut dinilai kurang efisien serta memakan lebih banyak waktu, biaya dan memberatkan para pelaku usaha mikro kecil menengah. Untuk memeroleh sertifikat SVLK, pelaku usaha harus merogoh kocek Rp40 juta.

Adapun, pemicu lain terpuruknya sektor furnitur DKI dikarenakan karena dalam beberapa tahun terakhir produk asing mulai dari Swedia, Vietnam, Cina, Malaysia dan negara lainnya menawarkan harga lebih kompetitif yang banyak membuka gerai di Indonesia.

Ade mengatakan pihaknya tengah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo yang juga pengusaha mebel untuk meminta aturan SLVK bagi pengusaha hilir dihapuskan atau paling tidak digratiskan agar tidak memberatkan pelaku usaha.

Namun, kata dia, saat ini pihaknya tengah memutar otak untuk bisa mengimbangi persaingan dengan para pemain asing di sektor furnitur agar tidak terus dipecundangi produk asing.

"Kami dorong para pelaku usaha untuk memanfaatkan kredit usaha rakyat agar bisa beli mesin berteknologi cukup canggih tetapi terjangkau sehingga waktu dan kualitas pengerjaan bisa lebih baik," katanya.

Dia optimistis dalam beberapa tahun ke depan, industri furnitur khususnya di Jakarta bisa kembali bergairah jika dibarengi dukungan pemerintah dengan bantuan permodalan dan regulasi yang pro terhadap sektor hilir industri mebel nasional.

Selain itu, pihaknya juga meyakini banyaknya pembangunan hunian di Indonesia terutama di wilayah Jakarta dan kawasan satelit bisa berdampak positif terhadap permintaah produk furnitur di DKI.

"Untuk tahun ini saja kami belum melihat gairah industri mebel di Jakarta baik pasar lokal maupun ekspor yang bangkit. Masih stagnan kami melihatnya. Maka kami berharap nanti dengan adanya pemimpin baru di Jakarta bisa membantu kami untuk bangkit," katanya.

Ade menambahkan jumlah pelaku futnitur di Jakarta bisa mencapai sekitar 4.000 pengrajin. Saat ini yang masih bertahan hanya sekitar 70% karena sisanya sudah gulung tikar.

"Semua pelaku usaha sekarang hanya mengandalkan pasar lokal saja karena untuk ekspor tidak satu pun yang bisa karena aturan SLVK itu," paparnya.

Sementara itu, General Manager PT Wakeni Sofianto Widjaja menuturkan pihaknya akan menggelar pameran internasional funitur dan mesin permebelan dengan menargetkan 12.000 pengunjung.

Dia menuturkan pameran mesin untuk memproduksi produk permebelan tersebut diharapkan bisa menggairahkan industri furnitur khususnya di Jakarta yang bisa membantu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

"Kami targetkan hasil transaksi dari pameran tersebut bisa mempertemukan para pelaku usaha dengan mitra yang bisa meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar," katanya.

Dia menambahkan akan ada banyak brand mancanegara yang akan dijual dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan harga normal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper