Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Warga AS Setuju Transgender Tetap Boleh Jadi Anggota Militer

Mayoritas warga Amerika Serikat meyakini transgender seharusnya diperbolehkan mengabdi dalam kemiliteran.
Tentara Amerika Serikat/Reuters
Tentara Amerika Serikat/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Mayoritas warga Amerika Serikat meyakini transgender seharusnya diperbolehkan mengabdi dalam kemiliteran.

Kesimpulan itu berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters pada 26-28 Juli yang diumumkan Jumat (28/7/2017).

Polling itu menyebutkan warga tidak setuju terhadap pernyataan Presiden Donald Trump pekan ini yang akan melarang personel transgender bergabung dalam angkatan bersenjata AS.

Ketika ditanya, 58% warga dewasa setuju transgender harus diizinkan terlibat dalam kemiliteran. Sebanyak 27% mengatakan tidak, sedangkan sisanya menjawab tidak tahu.

Sebagian simpatisan Partai Demokrat mendukung pengabdian militer oleh transgender, sedangkan simpatisan Partai Republik cenderung terbelah.

Di antara Republikan, 32% mengatakan transgender Amerika harus diperbolehkan, sedangkan 49% berpendapat tidak. Sebanyak 19% lainnya mengatakan tidak tahu.

Opini publik juga terbagi saat menyoroti dampak pelarangan. Sekitar 32% menyebut itu akan 'melukai moral' kemiliteran, sedangkan 17% mengatakan itu akan 'memperbaiki moral'. Sebanyak 33% lainnya merasa itu tidak akan 'berdampak' dan sisanya mengaku tidak tahu.

Ketika ditanya tentang imbas terhadap kemampuan militer, 14% menyatakan pelarangan membuat militer 'lebih kapabel', sedangkan 43% mengatakan 'tak berimbas', 22% menyebutkan 'kurang kapabel', dan sisanya mengaku tidak tahu. 

Pernyataan Trump yang disampaikan melalui akun Twitter-nya, mengejutkan banyak pejabat senior militer dan tampak mendahului peninjauan yang tengah dilakukan Pentagon tentang keterbukaan terhadap anggota militer transgender.

Pejabat puncak militer AS, Jenderal Angkatan Laut Joseph Dunford, mengatakan militer tidak akan mengubah kebijakannya saat ini sampai memperoleh panduan tambahan dari menteri pertahanan Trump.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper