Ilustrasi kekerasan verbal di kalangan anak-anak/Istimewa
Health

BULLYING: Jika Anak Jadi Saksi Perundungan, Ini yang Harus Diperhatikan

Nindya Aldila
Rabu, 9 Agustus 2017 - 03:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Seringkali anak yang menyaksikan peristiwa perundungan dihadapkan pada pilihan sulit, yakni antara membela atau diam saja. Banyak anak takut dicap mengkhianati teman dan bahkan menjadi korban bully selanjutnya.

Peneliti psikologi Universitas Indonesia, Ratna Djuwita mengungkapkan, anak-anak yang berani membela atau membantu teman lainnya yang mengalami perundungan tergantung dari tingkat efikasi dirinya.

Efikasi adalah kemampuan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan, termasuk kemampuan mengatur situasi.

Seseorang yang memiliki efikasi tinggi dapat mengorganisasi diri maupun kelompoknya.

Selain tingkat efikasi diri dan komunitas, kebahagiaan psikologis turut memengaruhi seseorang untuk berani mengintervensi kasus kekerasan.

“Bagi saksi, pandangan kelompok jadi patokan. Namun, semakin tinggi kebahagiaan psikologis, semakin tinggi efikasi diri saksi, akhirnya semakin tinggi pula kesediaan saksi untuk menolong korban,” ujarnya.

Saksi, lanjutnya, akan menolong korban jika dia merasa bahwa kehidupannya berjalan baik dan bermakna serta mendapat dukungan dari komunitas sekolah.

Lalu, bagaimana sebaiknya sikap orang tua ketika menghadapi anaknya yang menjadi saksi dalam peristiwa perundungan?

Beberapa saran yang dia paparkan di antaranya adalah orang tua perlu memastikan bahwa sekolah dapat secara serius merespons peristiwa perundungan, seperti memiliki kebijakan yang tegas terkait kasus ini.

Pastikan pula bahwa sekolah berupaya untuk memperkuat kekerabatan siswa melalui kegiatan yang melibatkan siswa dari berbagai tingkat.

Orang tua dapat menganggap semua siswa adalah anaknya, sehingga dia perlu melaporkan jika mengetahui kejadian perundungan, walaupun yang menjadi korban bukan anaknya.

“Biasakan kalau ada masalah lapor. Pastikan anak-anak punya tempat lapor yang aman. Ubah mindset anak bahwa melaporkan teman yang melakukan perundungan adalah mengkhianati. Sebaliknya, itu menyelamatkan teman,” katanya.

Bagaimanapun juga, menghindari lebih baik daripada mengobati. Pembiasaan sikap yang prososial perlu terus ditanamkan hingga mengakar, baik di ranah keluarga maupun sekolah. Sikap prososial adalah sikap tolong-menolong, dalam hal ini menyelamatkan orang lain.

Dalam perilaku prososial, tanamkanlah sikap empati. Ajak anak untuk membayangkan dirinya berada di posisi korban.

“Sikap prososial hubungannya dengan emosi. Semakin tinggi empati, maka biasanya keterlibatan sebagai pelaku atau saksi perundungan juga semakin rendah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Saeno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro