Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Muda, Ewindo Bina Ratusan Petani 'Milenial'

PT East West Seed Indonesia, produsen benih sayuran tropis hibrida Cap Panah Merah mengukuhkan ratusan petani muda sebagai upaya regenerasi petani di Indonesia.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - PT East West Seed Indonesia, produsen benih sayuran tropis hibrida Cap Panah Merah mengukuhkan ratusan petani muda sebagai upaya regenerasi petani di Indonesia.

Sebanyak 110 petani muda berusia di bawah 35 tahun di Lampung dikukuhkan sebagai Petani Muda Panah Merah (PMPM).

Sales and Marketing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Afrizal Gindow, mengungkapkan, semakin menurunnya minat anak muda di sektor pertanian nasional menjadi dasar bagi perusahaan membentuk wadah bagi mereka yang ingin terjun di dunia pertanian, khususnya di sektor hortikultura.

Sebagai negara agraris, menurutnya, masa depan sektor pertanian Indonesia terancam dengan semakin berkurangnya minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian. Proses regenerasi petani di Indonesia berjalan lambat dan jumlah petani cenderung terus mengalami penurunan.

"Untuk tahun ini peserta yang ikut sebanyak 110 orang dengan usia di bawah 35 tahun yang mewakili setiap kabupaten di Provinsi Lampung. Dalam 2 tahun kedepan, kami menargetkan jumlah peserta petani muda meningkat menjadi 500 orang dari seluruh Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (9/1/2018).

PMPM merupakan wadah bagi para petani muda yang dipersiapkan dan terbentuk sejak Juli 2017 dengan tujuan menciptakan petani-petani muda yang tangguh dan handal dalam dunia pertanian khususnya hortikultura.

Para peserta akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan dalam menerapkan inovasi teknologi pertanian, pengendalian hama dan penyakit tanaman sayuran oleh Laboratorium Plan Pathology Ewindo serta peningkatan motivasi oleh Human Resource (HR) Ewindo. Peserta juga diperkenalkan demplot (demo plot) dari benih yang tahan terhadap serangan virus dan berpoduksi tinggi, seperti cabai keriting Laba F1 dan Lado F1, Labu air Ruma F1, Melon Gracia, Gambas Primavera F1, dan Bunga Marigold Maharani.

Peluang usaha budidaya hortikultura di Indonesia masih sangat menjanjikan. Namun, tantangan dunia pertanian hortikultura cukup kompleks, sehingga Ewindo melihat petani hortikultura terutama yang usianya masih muda sangat membutuhkan dukungan baik dari segi mental, pengalaman dan pengetahuan.

"Diharapkan, para petani-petani muda tersebut dapat menjadi contoh sekaligus mampu mentransfer ilmu kepada pemuda di daerah masing-masing. Apalagi, Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra penghasil hortikultura yang memasok ke beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra,” ujar Afrizal.

Seperti diketahui, dalam 1 dekade terakhir terdapat indikasi penurunan minat masyarakat, khususnya generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian karena menganggap hasil dari bertani tidak cukup menjanjikan.

Data sensus pertanian BPS 2013 menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia tercatat sebesar 26,14 juta rumah tangga atau terjadi penurunan drastis selama 10 tahun terakhir sebesar 16,32%.

Selain itu, Jika dilihat dari sisi usia, dari total 26,14 juta petani yang terdata, sebanyak 60,8% petani di Indonesia sudah melewati masa usia produktif yakni berada di rentang usia 45 – 65 tahun ke atas yakni sebanyak 15,88 juta orang. Apalagi, sebesar 73,97% hanya mengenyam pendidikan sampai SD sehingga diprediksi sulit untuk bersaing dalam strategi bertani gaya modern.

Sementara, untuk petani muda dengan rentang usia 19 – 44 tahun terdiri dari 10,24 juta orang atau hanya mencapai 39,2%. Jumlah ini terus menyusut hingga 5 juta orang dalam kurun 2003-
2013.

Berbagai faktor penyebab menurunnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian antara lain karena citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, berisiko tinggi karena perubahan iklim, lahan pertanian yang semakin sempit, belum adanya kebijakan insentif khususnya untuk petani muda/pemula dan yang menjadi faktor terbesar hingga mengakibatkan banyak petani beralih pekerjaan adalah rendahnya pendapatan petani akibat dari permainan para tengkulak.

"Untuk mendukung program PMPM, Ewindo telah mengembangkan aplikasi pertanian Sipindo," kata Afrizal.

Aplikasi berbasis android ini dapat digunakan oleh para petani khususnya petani muda untuk mengakses informasi seperti tingkat kesuburan tanah, tata cara penanganan hama dan penyakit tanaman, pola dan musim tanam, prakiraan iklim dan cuaca, estimasi waktu panen dan perkiraan jumlah produksi, harga komoditas di pasaran secara real time. Selain itu, forum jual beli hasil panen dari pedagang pasar tradisional hingga retail modern untuk mengantisipasi permainan harga oleh para tengkulak.

“Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan inovasi teknologi di sektor pertanian merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan," ujar Afrizal.

Oleh karena itu, sambungnya, adanya regenerasi petani, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani ke depan,dan tentunya guna mendukung pencapaian program pemerintah dalam hal kedaulatan pangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper