Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Infrastruktur: Kontraktor BUMN Rebutan Bisnis Beton Pracetak

Pertumbuhan bisnis beton pracetak yang tinggi seiring gencarnya pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia membuat perusahaan kontraktor pelat merah berebut “kue” di lini bisnis ini.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan bisnis beton pracetak yang tinggi seiring gencarnya pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia membuat perusahaan kontraktor pelat merah berebut “kue” di lini bisnis ini.

Teranyar, perusahaan konstruksi badan usaha milik negara (BUMN), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menyuntik modal anak usahanya PT Waskita Beton Precast sebesar Rp592,57 miliar. Penyertaan modal dilakukan melalui mekanisme penyetoran tunai dan inbreng aset.

Direktur Keuangan Waskita Beton Precast Haris Gunawan mengatakan induk usaha menyuntik modal dengan mekanisme penyertaan modal dalam bentuk aset sebesar Rp238,7 miliar dan setoran tunai Rp353,84 miliar.

Penambahan modal diputuskan dalam akta pernyataan keputusan sirkuler pengganti rapat umum pemegang saham PT Waskita Karya Beton Precast.

Disebutkan, WSKT memutuskan menambah modal dari semula 25.000 saham atau Rp25 miliar menjadi 617.572 saham atau Rp617,57 miliar.

Dia menuturkan, dengan penambahan modal dari induk usaha tersebut, ditargetkan kontribusi Waskita Beton Precast terhadap total pendapatan dapat melonjak menjadi 20%-25%.

"Tahun ini hanya 10% kontribusi kami terhadap pendapatan Waskita Karya atau Rp1,1 triliun. Tahun depan kontribusi meningkat sekitar 20%-25%," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (25/11/2014).

Pada 2015 mendatang, Waskita Beton Precast mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar Rp350 miliar hingga Rp400 miliar.

Belanja modal tersebut akan digunakan untuk pembangunan dua pabrik baru dengan investasi sekitar Rp250 miliar.

Saat ini, kapasitas produksi Waskita Beton Precast mencapai 880.000 ton/tahun dari 4 pabrik yang dioperasikan.

Ditargetkan dapat meningkat menjadi 1,4 juta ton/tahun dengan penambahan dua pabrik baru tersebut yang diperkirakan beroperasi pada semester I/2015.

Haris menyebutkan, bisnis beton precast memang terus tumbuh seiring dengan menggeliatnya pembangunan infrastruktur di Tanah Air.

Waskita Karya bahkan memutuskan untuk membentuk anak usaha tersendiri dari sebelumnya hanya unit usaha.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. bahkan telah lebih dulu berbisnis pada sektor beton precast.

WIKA mendirikan anak usaha PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) yang kemudian listing di pasar modal.

Sekretaris Perusahaan WTON Puji Haryadi mengaku pertumbuhan bisnis beton pracetak sangat tinggi.

Pada tahun ini saja, WTON berkontribusi 25%-30% terhadap pendapatan WIKA.

Sepanjang tahun ini, WTON membidik target kontrak baru Rp3,01 triliun dengan carry over Rp1,6 triliun.

Hingga Oktober 2014, tercatat kontrak baru yang diraih mencapai Rp2,2 triliun atau 73,75% dari total target tahun ini.

"Ditambah carry over Rp1,6 triliun, sudah mencapai Rp3,8 triliun. Di sisa waktu, Insya Allah bisa tercapai karena ada beberapa proyek baru yang diluncurkan November dan Desember," ujarnya saat dihubungi terpisah.

Dia menambahkan, perseroan berencana untuk membangun pabrik baru di Kalimantan Timur pada tahun depan dengan kapasitas 50.000 ton/tahun.

Diperkirakan investasi yang dibutuhkan mencapai Rp250 miliar.

Saat ini, WTON memiliki 8 pabrik dan 2 anak usaha, dengan kapasitas produksi total 2,2 juta ton/tahun.

Tahun depan, akan ada dua pabrik baru yang beroperasi di Lampung Selatan dan Cilegon sehingga kapasitas produksi akan terus bertambah.

"Rata-rata pertumbuhan produksi per tahun dalam jangka panjang bisa mencapai 210% dari 2010 sebesar 1,4 juta ton menjadi 2,2 juta ton," jelasnya.

Persaingan di bisnis beton precast diakuinya terus meningkat seiring dengan pertumbuhan pemain-pemain baru terutama sesama BUMN.

Namun, pihaknya tidak khawatir karena memang peluang di bisnis ini sangat besar.

Perusahaan kontraktor BUMN lainnya, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. juga merambah bisnis sektor beton precast melalui PT PP Pracetak.

PTPP menargetkan laba kotor PT PP Pracetak pada 2018 mencapai Rp426 miliar dari 2013 yang mencapai Rp54 miliar.

Sekretaris Perusahaan PTPP Taufik Hidayat mengatakan pada tahun depan perseroan menganggarkan belanja modal Rp1,8 triliun.

Untuk bisnis pracetak, PTPP mengalokasikan dana Rp150 miliar.

"Tahun depan tambah 1 pabrik dengan investasi sekitar Rp150 miliar. Ditargetkan kapasitas produksi tahun depan mencapai 450.000 ton/tahun," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper