Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Masih Berkutat Rp12.100

Digadang-gadang bakal menguat hingga ke level Rp11.800 pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), nilai rupiah masih saja berkutat pada kisaran Rp12.100 per dolar Amerika Serikat.
Rupiah/Bisnis
Rupiah/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA-Digadang-gadang bakal menguat hingga ke level Rp11.800 pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), nilai rupiah masih saja berkutat pada kisaran Rp12.100 per dolar Amerika Serikat.

Pada penutupan pasar Selasa (25/11/2014) nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,09% ke level Rp12.164 per dolar AS di Bloomberg Dollar Index, meski bukan nilai terbaik posisi tersebut termasuk dalam level nilai tukar terkuat sepanjang bulan ini.

Tak jauh berbeda, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dipatok oleh Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar mata uang Garuda mengumelemah ke posisi Rp12.166  atau terdepresiasi 44 poin dari penutupan akhir pekan lalu.

"Pasar masih menunggu data fundamental ekonomi dalam negeri. Inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan setelah BBM naik," kata Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan pada Bisnis. Sebelumnya, Fauzi mengatakan kepastian kenaikan harga BBM akan menguatkan sentimen positif di pasar sehingga rupiah bisa meroket dan kembali ke level Rp11.800 per dolar.

Senada, analis valuta asing (valas) dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menuturkan selain menanti data awal bulan yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tampaknya ekspektasi pasar terbelah menjadi 2 kubu. Sebagian pelaku pasar mengantongi sentimen positif setelah pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM sebesar Rp2.000 per liter.

Hal ini memberi harapan pada perbaikan fundamental perekonomian Indonesia, terutama untuk mempersempit defisit neraca transaksi berjalan. Kenaikan harga diprediksi akan mengurangi importasi sektor migas sehingga akan meringankan beban neraca transaksi berjalan.

Namun, di sisi lain, ada pula pelaku pasar yang ekspektasi inflasinya terlanjur membumbung karena dampak ikutan atau multiplier effect pemangkasan subisidi tersebut. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan aka nada tambahan inflasi sebesar 2% tahun ini dan 0,5% pada awal tahun depan.

Adapun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 pemerintah mengasumsikan inflasi sebesar 5,3%. Sementara itu BI memperkirakan kenaikan harga sebesar 33,56% itu akan memberi tambahan inflasi sekitar 2,4%-2,8%. Dengan demikian inflasi sepanjang tahun diyakini berada pada rentang 7,7%-8,1%.

Tanpa kenaikan BBM, BI mematok target inflasi pada level 4,5%(±1%). Adapun inflasi hingga Oktober 2014 tercatat sebesar 4,83%. Demi meredam dan menjangkar ekspektasi inflasi yang kadung tinggi ini, BI lantas meresponnya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,75% selang sehari setelah kenaikan harga BBM.

Adapun, menurut Bambang, efek kenaikan harga BBM terhadap neraca transaksi berjalan baru akan terlihat tahun depan. Saat ini faktor domestik memang berperan dominan mengaduk-aduk pasar. Adapun faktor eksternal, terutama soal perkembangan kebijakan moneter Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed) tak terlalu besar berpengaruh pada sentimen pasar.

Sementara itu  nilai tukar tahun ini dipastikan akan meleset dari asumsi makro, yakni Rp11.600 per dolar AS. Rupiah memang sempat menguat tajam ke level Rp11.289 pada medio tahun ini. Namun, ketidakpastian politik dan kondisi fundamental yang belum membaik memaksa rupiah ambruk kembali mendekati Rp12.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper