Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Sepekan: Investor Asing Tak Lari, Tapi Profit Taking

Meski investor asing mencatatkan net sell tertinggi selama sepekan sejak Juni, analis menilai tidak ada capital outflow melainkan hanya profit taking pascapernyataan hawkish Gubernur Federal Reserve Janet Louise Yellen.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Meski investor asing mencatatkan net sell tertinggi selama sepekan sejak Juni, analis menilai tidak ada capital outflow melainkan hanya profit taking pascapernyataan hawkish Gubernur Federal Reserve Janet Louise Yellen.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan investor asing tidak lari dari lantai bursa. Investor hanya berhenti beli lantaran wait and see setelah sinyalemen penaikan suku bunga The Fed.

"Investor asing melakukan aksi profit taking di akhir bulan saja. Karena, indeks sudah naik lumayan banyak dalam dua bulan. Agustus indeks masih naik, jadi belum ada sinyal outflow," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (4/9/2016).

Akhir pekan lalu, Jumat (2/9/2016), Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,35% sebesar 18,91 poin ke level 5.353,46. Investor asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp6,3 miliar.

Sepanjang pekan lalu, investor asing membukukan net sell sebesar Rp2 triliun dengan penjualan portofolio Rp14,15 triliun. Aksi net sell itu membuat total net buy investor asing sejak awal tahun menipis menjadi Rp37,38 triliun.

Dalam sepekan, IHSG terkoreksi 1,56% sebesar 85,37 poin dari akhir pekan sebelumnya 5.438,83. Akan tetapi, IHSG masih menguat sejak awal tahun sebesar 16,56% di bawah Thailand 18,18%.

Satrio menilai di pasar regular, investor asing masih membukukan pembelian bersih senilai Rp50 miliar pada akhir pekan. Sentimen The Fed yang terjadi sejak akhir pekan lalu dinilai telah price-in ke dalam IHSG.

Dijelaskannya, The Fed memang berencana untuk menaikkan Fed Fund Rate (FFR) pada bulan ini. Kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat itu telah diperkirakan pelaku pasar satu kali tahun ini.

Akan tetapi, jika The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, pelaku pasar bakal terpengaruh oleh kebijakan itu. Sebenarnya, penaikkan suku bunga acuan itu akan semakin baik bagi lantai bursa Tanah Air bila dilakukan secepatnya.

Selain dari The Fed, sambungnya, sentimen IHSG pada pekan ini datang dari rilis kinerja emiten paruh pertama 2016. Penurunan harga minyak mentah dunia dan komoditas juga menjadi sentimen negatif bagi harga saham emiten di sektor tersebut.

Adapun, pengumuman deflasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pekan ini menjadi penahan koreksi IHSG. Indeks harga konsumen (IHK) sepanjang Agustus 2016 mengalami deflasi sebesar 0,02% (month-on-month/mom) dan 2,79% (year-on-year/yoy). Sedangkan, inflasi inti sebesar 0,36% mom dan 3,32% yoy.

"Adanya deflasi menjadi sinyalemen bahwa inflasi terkendali. Akhirnya, suku bunga tidak perlu dinaikkan, kenaikan bunga The Fed tidak perlu ditakutkan," kata dia.

Sementara, realisasi tax amnesty menjadi sentimen yang diperhatikan oleh pelaku pasar. Dalam dua pekan terakhir, pelaku pasar mengharapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Dirjen Pajak dapat membuat target yang lebih realistis dalam pencapaian amnesti pajak.

Hingga akhir pekan lalu, jumlah penerimaan uang tebusan sejak pelaksanaan program amnesti pajak telah menembus Rp4,04 triliun. Total nilai tebusan yang dibayarkan peserta pengampunan pajak mencapai sekitar 2,5% dari target sebesar Rp165 triliun.

Sedangkan, jumlah pernyataan harta pada akhir pekan mencapai sekitar Rp191 triliun yang bersumber dari deklarasi harta bersih luar negeri, deklarasi harta bersih dalam negeri, dan repatriasi.

Pada kesempatan terpisah, Investment Specialist PT BNI Asset Management Akuntino Mandhany, menuturkan investor asing tidak mulai lari dari lantai bursa. Investor hanya melakukan aksi ambil untung setelah reli IHSG dalam beberapa waktu terakhir.

"IHSG naiknya kencang sekali, pelaku pasar mulai profit taking. Beberapa pelaku pasar masih membahas sentimen The Fed juga," katanya.

Dia menilai, investor asing masih ada kemungkinan outflow lantaran valuasi saham di lantai bursa terbilang tinggi. Sentimen dari dalam negeri sudah tidak ada, setelah mulai redupnya isu amnesti pajak.

Bagi investor asing, pada dasarnya lantai bursa Indonesia masih prospektif sebagai salah satu negara emerging market. Harapannya, kinerja emiten di kuartal III dan IV tahun ini bakal membaik setelah harga saham melompat terlalu cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper