Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ternyata Ini Penyebab IHSG & Rupiah Terjungkal Pada Akhir Pekan

Tiba-tiba saja, pasar bergejolak. Kurs rupiah limbung, Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpuruk. Capital outflow cukup kencang. Apa penyebabnya?
Siluet karyawan di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, di Jakarta./JIBI/Bisnis/NurulHidayat
Siluet karyawan di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, di Jakarta./JIBI/Bisnis/NurulHidayat

Bisnis.com, JAKARTA--Tiba-tiba saja, pasar bergejolak. Kurs rupiah limbung, Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpuruk. Capital outflow cukup kencang. Apa penyebabnya?

Gejolak pasar keuangan diproyeksi hanya akan berlangsung sementara menyusul sentimen kemenangan Donald Jhon Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat.

Pada Jumat pagi, (11/11/2016), kurs rupiah melambung ke level tertinggi Rp13.870 per dolar AS. Mata uang Garuda itu akhirnya ditutup terdepresiasi 1,86% sebesar 245 poin ke level Rp13.383 per dolar AS.

Pelemahan nilai tukar rupiah menyeret IHSG dengan koreksi 4,01% sebesar 218,33 poin ke level 5.231,97. Pelemahan IHSG tertekan oleh sektor consumer goods yang turun 5,15% dan keuangan 4,07%.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menilai pelemahan pasar masih diakibatkan oleh efek Trump. Pelaku pasar global baru melihat kebijakan fiskal ekspansif Trump dengan memangkas rasio pajak bakal mengerek angka inflasi.

Kenaikan angka inflasi AS dipastikan akan menekan obligasi negeri Paman Sam itu. Saat ini, yield obligasi AS terkoreksi dan telah mencapai 2,15%.

"Terjadi penjualan obligasi di dunia, bukan hanya surat utang AS. Yield obligasi Indonesia mencapai 7,78% dengan kenaikan yang sangat cepat sebesar 40 bps dalam sehari," katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (11/11/2016).

Lonjakan yield obligasi Indonesia bertenor 10 tahun tercatat mencapai 52 bps sejak Trump diumumkan sebagai pemenang Pilpres AS. Sejumlah surat utang negara lain juga tercatat melompat tajam, seperti Filipina, Malaysia, dan negara Asean lainnya.

Peningkatan yiled di pasar surat utang, sambungnya, mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah tajam. Investor asing mengkonversi rupiah ke dolar AS, seiring penguatan mata uang Negara Adikuasa itu di pasar spot sebesar 1,86% sepekan.

Bank Indonesia mencatat kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah tajam 1,77% sebesar 232 poin ke level Rp13.350 per dolar AS. Tampaknya, bank sentral melakukan stabilitasi nilai tukar rupiah.

Upaya stabilisasi pasar keuangan juga dilakukan oleh BI dengan cara buyback surat utang negara (SUN) beberapa seri. Kenaikan yield obligasi didorong oleh penjualan bersih investor asing lantaran ketergantungan yang di pasar surat utang cukup besar.

Dia memerkiakan, tekanan pasar hanya terjadi sementara lantaran sentimen Trump, bukan fundamental. Pelaku pasar memantau skuad menteri sektor ekonomi yang dipilih oleh Trump.

Senada, analis Capital Asset Management Desmon Silitonga, menuturkan tekanan terhadap pasar keuangan Indonesia diproyeksi berlangsung sesaat. Tekanan jual yang terjadi di pasar surat utang AS, membuat yield obligasi melonjak tajam.

"Dolar AS ikut menguat karena ada akumulasi dolar AS, emas juga menguat. Terjadi di regional, tertekan semua," kata dia secara terpisah.

Dia menjelaskan, tekanan pasar terjadi akibat kekhawatiran Trump setelah ada kerusuhan di AS. Pelaku pasar asing mengambil posisi aman terlebih dahulu, terutama di emerging market yang paling berisiko.

Kekhawatiran itu bakal berlangsung temporer. Namun, kondisi itu dimanfaatkan oleh sejumlah investor untuk melakukan aksi ambil untung.

Pelemahan pasar keuangan, kata dia, tidak sejalan dengan kondisi fundamental Indonesia. Saat ini, sejumlah faktor fundamental, seperti pertumbuhan ekonomi, likuiditas perbankan, hingga foreign direct investment (FDI) terbilang jauh lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

"Donald Trump menjadi ketidakpastian baru, sama seperti Brexit. Ini temporer sampai Trump dilantik tahun depan. Investor akan melihat ini," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper