Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PDB Amerika Diprediksi Melemah, Harga Emas Naik

Emas berpeluang menguat akibat proyeksi melemahnya PDB Amerika Serikat kuartal I/2017. Namun, harga masih berada dalam tekanan seiring dengan beralihnya selera pasar terhadap aset-aset berisiko.

Bisnis.com, JAKARTA - Emas berpeluang menguat akibat proyeksi melemahnya PDB Amerika Serikat kuartal I/2017. Namun, harga masih berada dalam tekanan seiring dengan beralihnya selera pasar terhadap aset-aset berisiko.

Pada perdagangan Jumat (28/4/2017) pukul 13:54 WIB, harga emas gold spot meningkat 1,50 poin atau 0,12% menjadi US$1.265,80 per troy ounce (Rp542.360,72 per gram).

Sepanjang tahun berjalan, harga emas menguning 10,31%. Tahun lalu, harga bertumbuh 8,14% dan ditutup di level US$1.147,50 per troy ounce pada akhir Desember 2016.

Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menyampaikan, harga emas cenderung melemah sejak awal pekan ini akibat meningkatnya selera pasar terhadap aset-aset berisiko, seperti bursa saham. Menurunnya permintaan aset haven terjadi setelah meredanya kecemasan geopolitik.

Salah satunya kecemasan pasar terhadap pemilihan umum presiden di Prancis tahap pertama, yakni pada Minggu (23/4/2017) yang meredup. Salah satu calon presiden Marine Le Pen yang dikenal dengan sikapnya yang anti Islam dan anti Uni Eropa, kalah suara dibandingkan Emmanuel Macron.

Hasil sementara membuat Macron berpeluang mengungguli Le Pen dalam pemilu penentuan pada 7 Mei 2017. Faktor tersebut meredakan kegelisahan pasar karena sebelumnya Prancis dianggap berpeluang mengikuti langkah Inggris yang keluar dari Uni Eropa.

"Kecenderungan harga emas saat ini masih turun karena faktor pulihnya aset-aset berisiko seperti bursa saham. Makanya bursa saham global cenderung menguat," tutur Putu saat dihubungi, Kamis (27/4/2017).

Sentimen investor yang beralih ke aset-aset berisiko juga masih dominan dibandingkan dengan faktor kekecewaan terhadap proposal pemangkasan pajak AS yang diusung Presiden Donald Trump. Pada Rabu (26/4) waktu setempat atau Kamis (27/4) pukul 00:30 WIB, Trump menyampaikan rencana kebijakannya bersama dengan Menteri keuangan Steven Mnuchin dan Direktur Ekonomi Nasional Gary Chon.

Sang Presiden mengajukan usulan pengurangan pajak pendapatan dari perusahaan publik menjadi 15% dari sebelumnya 35%. Sementara perusahaan multinasional akan membayar pajak dari luar negeri sebesar 10% dari saat ini sebesar 35%.

Menurut Putu, informasi yang disampaikan Trump belum memuaskan pasar, karena tidak ada penjabaran program secara detail. Sentimen tersebut membuat dolar AS melemah. "Kekecewaan pasar terhadap reformasi pajak Trump yang melemahkan dolar AS belum cukup mengangkat emas," ujarnya.

Sentimen AS lain yang menjadi perhatian investor emas ialah rilis data pertumbuhan domestik bruto (PDB) AS periode kuartal I/2017 kategori advance pada Jumat (28/4). Menurut konsensus, angka PDB diperkirakan menurun menjadi 1,3% dari triwulan IV/2016 sebesar 2,1%.

Data PDB AS dikeluarkan dalam tiga tahap setiap bulan, yakni advance (terdepan), preliminary (selanjutnya), dan final (akhir). Data PDB advance cenderung memiliki dampak yang paling besar.

Bila data PDB memberikan hasil positif, harga emas berpeluang melemah menuju US$1.250 per troy ounce sampai akhir pekan ini. Adapun jika angka PDB AS mengecewakan maka akan menopang peningkatan batu kuning sampai batas atas US$1.280 per troy ounce.

Faktor lain yang menjadi perhatian investor ialah pengajuan rancangan anggaran pemerintah AS (seperti RAPBN) kepada parlemen, sekaligus 100 hari kepemimpinan Trump pada Jumat (28/4) atau Sabtu (29/4) WIB. Bila kongres menolak RAPBN tersebut, harga emas berpeluang melejit, sedangkan penerimaan parlemen dapat membuat batu kuning kian mengusam.

Oleh karena itu, sambung Putu, proyeksi harga pada pekan depan cenderung bergerak dalam rentang yang lebar, yakni US$1.235-US$1.300 per troy ounce. "Jika parlemen menolak RAPBN, seperti yang pernah terjadi pada pemerintahan Obama dulu, harga emas bisa langsung melonjak ke US$1.300 per troy ounce," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper