Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Kurs Asia Terdepresiasi, Rupiah Berakhir Melemah

Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (28/7/2017), di tengah depresiasi mayoritas mata uang Asia.
Ilustrasi/MediumTermNotes.com
Ilustrasi/MediumTermNotes.com

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (28/7/2017), di tengah depresiasi mayoritas mata uang Asia.

Rupiah ditutup terdepresiasi 0,05% atau 6 poin di Rp13.324 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,03% atau 4 poin di posisi 13.322.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.314 – Rp13.334 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Kamis (27/7), rupiah ditutup menguat 0,15% atau 20 poin di posisi 13.318 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,16% atau 0,147 poin ke 93,717 pada pukul 16.45 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka cenderung flat di posisi 93,865, setelah pada perdagangan Kamis berakhir menguat 0,20% atau 0,192 poin di posisi 93,864.

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di saat mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau juga melemah.

Won Korea Selatan memimpin depresiasi kurs Asia hari ini dengan 0,83%, diikuti oleh dolar Taiwan sebesar 0,17% dan ringgit Malaysia yang terdepresiasi 0,11%.

Won memimpin pelemahan dalam mata uang Asia, merespons penguatan semalam dalam dolar AS, dan saat indeks saham regional merosot.

“Mayoritas mata uang Asia melemah terhadap USD akibat rebound dolar agak setelah data yang kuat semalam,” kata Ken Cheung, pakar strategi valuta asing di Mizuho Bank Ltd., seperti dikutip dari Bloomberg.

Dolar AS, yang sempat tenggelam ke level terendah 13 bulan setelah pernyataan The Fed yang tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga lagi, mendapat dorongan kembali pada hari Kamis karena imbal hasil obligasi AS naik didukung oleh data perdagangan yang positif.

Saat ini, fokus pasar tertuju pada data produk domestik bruto kuartal kedua AS yang rencananya akan dirilis pada Jumat pagi waktu setempat (malam WIB).

Sejumlah ekonom memperkirakan ekonomi AS tumbuh sekitar 2,6% pada kuartal kedua tahun ini, dari 1,4% pada kuartal pertama. Data yang positif jelas akan memberi dorongan terhadap dolar AS yang sempat tertahan di tengah aksi jual baru-baru ini.

“Penurunan dolar setelah pertemuan Fed terlihat berlebihan, jadi wajar jika rebound. Dolar AS bisa mendapat lebih banyak permintaan jika data ekonomi AS ternyata kuat,” ujar Yukyu Ishizuki, analis mata uang di Daiwa Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper