Harga CPO Lanjutkan Pelemahan, Ini Faktor Pemicu

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (16/8/2017).

Kontrak berjangka CPO untuk Oktober 2017, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, melorot 1,22% atau 32 poin ke posisi 2.601 ringgit per ton pada pukul 11.29 WIB.

Pagi tadi, harga CPO dibuka dengan pelemahan 0,87% atau 23 poin di posisi 2.610, setelah pada perdagangan Selasa (15/8) berakhir merosot 1,20% atau 32 poin di level 2.633.

Minyak sawit melemah untuk hari ketiga akibat terbebani oleh perkiraan menyusutnya permintaan serta penurunan harga minyak kedelai.

“Pembelian minyak sawit India akan melambat dalam jangka pendek dan sejumlah pembeli dapat memilih minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari dan minyak kanola,” kata Rajesh Modi, seorang pedagang di Sprint Exim, seperti dikutip Bloomberg.

Menurut riset CIMB, bea impor yang lebih tinggi di India berdampak negatif bagi harga CPO. India menaikkan bea impor minyak sawit mentah menjadi 15% dari 7,5%. Kenaikan pada bea impor akan memberi dampak terhadap permintaan untuk minyak sawit mentah.

Harga minyak sawit juga terseret oleh pelemahan pada harga minyak kedelai AS dan pasar minyak nabati di bursa Dalian, sementara permintaan ekspor melesu pada Agustus.

Data Intertek menunjukkan, ekspor minyak sawit Malaysia turun 15% (m-o-m) pada 1-15 Agustus menjadi 512.039 ton.

Sementara itu, harga minyak kedelai untuk pengiriman Desember di Chicago Board of Trade turun 2,2% ke 33,05c/lb pada perdagangan Selasa, sedangkan harga minyak kedelai pengiriman November di CBOT turun 1,5%.

Di sisi lain, nilai tukar ringgit hari ini terpantau melemah 0,07% ke posisi 4,2983 per dolar AS pada pukul 11.38 WIB, setelah pada Selasa (15/8) berakhir terdepresiasi 0,05% di posisi 4,2955.

Pergerakan Harga CPO Kontrak Oktober 2017

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel