Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Rilis Putusan BI 7DRR, Rupiah Ditutup Melemah Lagi

Pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (19/10/2017), menjelang rilis keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
Model memegang uang rupiah kertas,/JIBI-Nurul Hidayat
Model memegang uang rupiah kertas,/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (19/10/2017), menjelang rilis keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.

Rupiah ditutup melemah 0,01% atau 2 poin di Rp13.515 per dolar AS, setelah dibuka stagnan di Rp13.513.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.508 – Rp13.532 per dolar AS.

Dalam risetnya, analis Profindo Sekuritas Indonesia memaparkan bahwa kebijakan BI 7DRR (7-Day Repo Rate) yang dirilis hari ini diperkirakan akan tetap pada level 4,25%. Hal tersebut sejalan dengan prediksi seluruh 25 ekonom dalam survei Bloomberg.

Kinerja mata uang Asia lainnya terpantau bergerak variatif. Yen Jepang yang terapresiasi 0,2% memimpin penguatan mata uang Asia, sedangkan won Korea Selatan yang terdepresiasi 0,19% memimpin pelemahan kurs Asia.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau naik 0,03% atau 0,025 poin ke 93,388 pada pukul 16.29 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,032 poin di level 93,395, setelah pada Rabu (18/10) berakhir melemah 0,13% di posisi 93,363.

Dilansir Reuters, penguatan dolar AS didukung kenaikan imbal hasil obligasi AS pekan ini, dengan perhatian pasar beralih ke siapa yang selanjutnya akan memimpin The Federal Reserve.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menyentuh level tertinggi satu minggu di 2,352% pada hari Rabu, dan terakhir bertahan di 2,342%. Imbal hasil telah meningkat 6 basis poin sepanjang pekan ini.

Dengan Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini di bulan Desember, pasar sekarang mencari kejelasan mengenai siapa yang akan memimpin bank sentral AS tersebut setelah masa jabatan Janet Yellen berakhir pada Februari 2018.

Juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders mengatakan bahwa Presiden Donald Trump akan mengumumkan keputusannya tentang siapa yang akan menjadi ketua Federal Reserve dalam beberapa hari mendatang.

Dolar menguat sejak awal pekan ini setelah ekonom Stanford University John Taylor yang berpandangan hawkish muncul sebagai kandidat utama untuk kursi The Fed berikutnya. Dengan demikian, ada spekulasi bahwa suku bunga dapat naik dengan laju lebih cepat jika Taylor menjadi Gubernur The Fed berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper