Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhir 2017, Harga Emas Diprediksi Menurun ke US$1.250

Harga emas diprediksi cenderung tertekan menuju level US$1.250 per troy ounce sampai akhir 2017 seiring dengan kurangnya sentimen positif yang menekan permintaan pasar.
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Harga emas diprediksi cenderung tertekan menuju level US$1.250 per troy ounce sampai akhir 2017 seiring dengan kurangnya sentimen positif yang menekan permintaan pasar.

Pada perdagangan Jumat (20/10/2017) pukul 17.41 WIB, harga emas spot turun 9,39 poin atau 0,73% menuju US$1.280,74 per troy ounce. Harga tumbuh 11,60% sepanjang 2017.

Dalam waktu yang sama, indeks dolar AS naik 0,225 poin atau 0,25% menjadi 93,495. Sebelumnya, DXY turun 2 sesi beruntun.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus menyampaikan, dalam jangka pendek harga batu kuning masih mendapatkan sentimen positif dari naiknya permintaan fisik menjelang puncak perayaan Diwali di India pada Kamis (19/10).

"Namun, belum ada data terbaru yang menunjukkan tingkat konsumsi Negeri Hindustan meningkat, sehingga emas kekurangan katalis positif," turutnya kepada Bisnis.com, Jumat (20/10/2017).

Setelah Diwali, tampaknya emas juga belum akan mendapatkan momentum baru untuk dapat kembali meningkat, kecuali ketegangan geopolitik memanas. Dua peristiwa yang menjadi perhatian utama pelaku pasar ialah meruncingnya hubungan AS dan Korea Utara, serta situasi Spanyol setelah Catalonia menyatakan merdeka.

“Sampai akhir 2017, emas tampaknya kurang sentimen pendorong permintaan lagi, kecuali tensi politik global memanas,” ujarnya.

Putu memprediksi sampai akhir pekan ini harga emas cenderung tertekan menuju level US$1.268 per troy ounce dengan batas atas US$1.295 per troy ounce. Adapun pada penghujung 2017, harga batu kuning dapat mencapai posisi US$1.250—US$1.240 per troy ounce.

Commodities economist Capital Economics Ltd., Simona Gambarini menyampaikan, permintaan India sebetulnya berpotensi melonjak menjelang Festival Diwali. Namun, kebijakan pemerintah setempat yang berubah-ubah membuat ekspektasi ini mengendur.

Pada Agustus 2017 misalnya, pemerintah setempat mewajibkan konsumen yang membeli emas di atas 50.000 rupe atau US$722 harus mengungkapkan identitas pajaknya. Kebijakan ini bertujuan melakukan pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Lobi yang kuat dari sejumlah pihak kemudian berhasil membuat pemerintah mencabut keputusannya. Namun demikian, pasar domestik sudah terlanjut waspada akan adanya kebijakan baru lagi.

“Konsumen harus menghadapi banyak perubahan peraturan sejak tahun lalu. Modi [Perdana Menteri India Narendra Modi], seolah akan memperkenalkan peraturan baru setiap bulan. Ini tentunya akan berpengaruh terhadap permintaan,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg.

India merupakan konsumen emas fisik kedua terbesar di dunia setelah China. Pada 2017, pertumbuhan permintaan dari negara itu diperkirakan naik 5% dari 2016 menjadi sekitar 700 ton.

Gambarini memprediksi harga emas pada akhir 2017 cenderung menurun ke level US$1.250 per troy ounce. Adapun pada 2018, harga masih belum keluar dari zona bearish.

Putu mengatakan, dalam waktu dekat harga emas masih tertekan oleh penguatan dolar AS yang terdorong prospek hawskih Federal Reserve. Sentimen ini semakin mengemuka ketika Presiden AS Donald Trump mempercepat pengumuman calon gubernur Fed yang baru.

Namun, dolar AS merosot pada hari Rabu (18/10) akibat dorongan buruknya data perizinan pembangunan. Pada periode September 2017, perizinan pembangunan Paman Sam hanya mencapai 1,22 juta unit, turun dari bulan sebelumnya 1,27 juta unit dan ekspektasi pasar sebanyak 1,25 juta unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper