Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keputusan BI Dongkrak IHSG & Investor Asing Net Buy

Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga 7 days repo rate di level 4,25% sesuai ekspektasi pelaku pasar membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menghijau dan investor asing melakukan aksi beli bersih.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (22/8). Bank Indonesia (BI) akhirnya menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate ke level 4,50 persen atau turun 25 bps dibandingkan bulan sebelumnya. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (22/8). Bank Indonesia (BI) akhirnya menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate ke level 4,50 persen atau turun 25 bps dibandingkan bulan sebelumnya. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA—Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga 7 days repo rate di level 4,25% sesuai ekspektasi pelaku pasar membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menghijau dan investor asing melakukan aksi beli bersih.

Pada penutupan perdagangan Jumat (20/10/2017), IHSG naik 19,02 poin atau 0,32% menjadi 5.929,55. Sepanjang 2017, indeks tumbuh 11,95%.

Investor asing kemarin membukukan aksi beli Rp626,35 miliar, setelah 5 sesi sebelumnya melakukan net sell. Sepanjang tahun ini tercatat aksi jual nasabah asing mencapai Rp18,64 triliun.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengungkapkan, keputusan BI mempertahankan suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) membuat selera pasar domestik dan mancanegara meningkat. Oleh karena itu, indeks kembali menghijau dan investor asing melakukan net buy.

“Namun demikian, masih terlalu cepat untuk menyimpulkan asing akan kembali lagi ke pasar modal Indonesia,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (20/10/2017).

Menurutnya, ada 2 faktor yang membuat investor asing gencar melakukan aksi jual sejak pekan ketiga September 2017. Pertama, mereka melakukan profit taking saat IHSG sudah menanjak tinggi dan valuasinya terbilang mahal.

Kedua, rencana kebijakan Federal Reserve dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter. Bank Sentral AS itu dipercaya akan melakukan normalisasi aset pada bulan ini dan pengerekan suku bunga pada Desember 2017.

“Sentimen ini kemudian juga membuat dolar menanjak dan melemahkan rupiah. Efeknya bond dan pasar saham kita ikut tertekan. Peningkatan dolar membuat investor asing keluar dari emerging market,” paparnya.

Dalam sepekan ini, ada tiga saham yang menjadi sorotan utama karena mengalami aksi jual investor asing paling dalam, yakni TLKM, ASII, dan BBCA. Namun demikian, menurut Hans, aksi jual asing yang mendera ketiganya masih terbilang wajar.

Saham TLKM melesu setelah tersandung isu belum tuntasnya kewajiban perusahaan terhadap PT Citra Sari Makmur, sebagai mantan mitranya. Adapun ASII tertekan oleh indikasi berkurangnya market share perseroan di pasar otomotif.

Sementara itu, saham BBCA dinilai sudah terlalu mahal. Hans menyebutkan, harga wajar saham BBCA ialah Rp19.000-an dari penutupan kemarin, Jumat (20/10) di level Rp20.350.

Kendati ada kemungkinan net sell asing berlanjut, IHSG masih diproyeksi bullish. Dia memperkirakan indeks dapat menembus level 6.000 pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper