Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Second Liner Terus Jadi Primadona? Ini Pendapat Analis

Saham-saham emiten berkapitalisasi pasar kecil dan menengah masih memiliki potensi peningkatan harga lebih lanjut, meskipun dalam waktu dekat cenderung akan terkonsolidasi karena investor menunggu rilis laporan keuangan emiten.
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan, di Jakarta, Selasa (27/2/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan, di Jakarta, Selasa (27/2/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—Saham-saham emiten berkapitalisasi pasar kecil dan menengah masih memiliki potensi peningkatan harga lebih lanjut, meskipun dalam waktu dekat cenderung akan terkonsolidasi karena investor menunggu rilis laporan keuangan emiten.

Sejak akhir tahun lalu, kinerja saham-saham berkapitalisasi pasar kecil dan menengah konsisten mengalami peningkatan. Sepanjang tahun ini, kinerjanya sudah jauh mengungguli kinerja IHSG.

Hingga Jumat pekan lalu, kinerja indeks IDX Small-Medium Cap (SMC) Composite sudah meningkat 8,22% ytd. IDX SMC Composite merupakan representasi kinerja 313 emiten berkapitalisasi pasar Rp1 triliun hingga Rp50 triliun.

Sementara itu, IDX SMC Liquid yang merupakan indeks atas saham-saham pilihan paling likuid di antaranya mengalami peningkatan 9,17% ytd.

Kinerja kedua indeks ini jauh lebih unggul di atas IHSG yang sudah tumbuh 3,57% ytd, atau indeks LQ45 1,74% ytd dan indeks IDX30 1,38% ytd. Saham-saham blue chip berkapitalisasi pasar besar di atas Rp50 triliun menjadi penggerak dominan indeks-indeks ini.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital, mengatakan bahwa setelah periode bullish yang cukup panjang dan IHSG menembus 6.300, saham-saham blue chip sudah terapresiasi menjadi sangat mahal. Di sisi lain, investor memandang pasar kini lebih aman dan mereka cenderung menurunkan batas toleransinya.

Itulah sebabnya saham-saham kecil-menengah menjadi primadona sepanjang awal tahun ini. Meski begitu, dirinya menilai optimisme pasar dan kecenderungan investor dalam memilih saham-saham berkapitalisasi kecil menengah masih relatif rasional.

Hal ini tampak dari saham-saham pilihan investor yang terkonsentrasi pada emiten atau sektor yang memiliki valuasi masih murah dan sedang memiliki banyak sentimen positif. Sektor yang paling kuat mengalami apresiasi di awal tahun ini yakni sektor tambang batu bara.

Secara umum, kinerja indeks sektor tambang tumbuh paling tinggi di awal tahun ini, yakni 22,31% ytd. Peningkatan harga batu bara dunia menjadi pendorongnya. Emiten-emiten transportasi terkait tambang juga ikut terapresiasi.

Sementara itu, sektor properti yang juga memiliki banyak emiten kecil menengah dan murah tidak diincar investor lantaran kinerja sektor properti dinilai belum menjanjikan.

“Investor masih cukup rasional, hanya saham murah yang dipilih, tidak asal lihat. Sentimen sektoral berpengaruh, tetapi tidak semua emitennya dipilih investor, hanya yang punya fundamental bagus,” katanya.

Alfred menilai, bila kinerja ekonomi nasional kuartal pertama semakin membaik dan emiten kecil menengah mampu menerjemahkannya dalam kinerja fundamental dan laporan keuangan yang membaik, maka tren akan berlanjut.

Selama ini, apresiasi yang dilakukan investor cenderung berdasarkan spekulasi dan antisipasi atas kinerja akhir tahun emiten. Sepanjang Maret dan April, investor kemungkinan tidak akan lagi seagresif sebelumnya sebab menunggu laporan keuangan akhir tahun 2017 dan kuartal pertama 2018.

“Market akan masuk fase konsolidasi. Kita justru berpikir akan sulit untuk terjadi lagi di Maret sampai April kenaikan yang terjadi seperti pada Desember [2017] – Februari [2018], kecuali ada data laporan keuangan yang bagus,” katanya.

Siswa Rizali, Presiden Direktur Asanusa Asset Management, mengatakan bahwa dalam 3-4 tahun kenaikan harga saham-saham kapitalisasi besar cenderung lebih cepat dibandingkan peningkatan kinerja fundamentalnya.

Di sisi lain, saham kecil menengah harganya justru cenderung turun padahal fundamentalnya cukup baik. Kondisi ini memang menyebabkan saham-saham kecil menengah saat ini jauh lebih potensial untuk mengalami peningkatan harga.

Saat ini pasar sedang mencari keseimbangan baru. Ekspektasi terhadap pemulihan ekonomi sewajarnya memang akan menyebabkan saham-saham yang masih murah akan mengalami kenaikan harga cukup tinggi.

“Boleh jadi orang sudah take profit di large cap dan sekarang cari investasi baru ke small and mid cap. Valuasi yang murah, ketemu dengan momentum yang kuat dan harapan bahwa pemulihan ekonomi sudah terjadi, ini akan mendorong lagi kenaikan harganya,” katanya.

Kiswoyo Adi Joe, Analis Recapital Asset Management, mengatakan bahwa investor tetap harus hati-hati untuk tidak asal membeli saham kecil menengah hanya karena tren yang sedang berkembang saat ini.

Menurutnya, pengelompokkan saham berdasarkan kapitalisasi pasar terlalu abu-abu, sebab yang diincar investor seharusnya adalah yang memiliki fundamental bagus, terlepas dari kapitalisasi pasarnya besar atau kecil.

Kebetulan saja bahwa sejumlah besar saham kecil menengah sedang memiliki fundamental yang bagus dan ramai dibeli, tetapi kenyataannya cukup banyak pula yang kurang perform secara kinerja keuangan dan sahamnya.

“Kalau kita lihat, tidak semua saham blue chip juga sudah naik tinggi. Masih ada beberapa bluechip yang belum terlalu mahal seperti Telkom, Astra, Unilever, HM Sampoerna atau Gudang Garam. Ini pun masih berpotensi untuk meningkat lagi harganya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper