Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transaksi SBN: Kuartal II, Aktivitas Transaksi Berpotensi Kembali Meningkat

Aktivitas transaksi surat berharga negara atau SBN di pasar sekunder bisa kembali meningkat sepanjang kuartal kedua ini bila investor asing kembali masuk dan tekanan eksternal mereda.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas transaksi surat berharga negara atau SBN di pasar sekunder bisa kembali meningkat sepanjang kuartal kedua ini bila investor asing kembali masuk dan tekanan eksternal mereda.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, aktivitas transaksi di pasar surat berharga negara terus menurun dari awal tahun hingga akhir Maret 2018.

Hal ini terlihat dari semakin rendahnya volume dan frekuensi transaksi seri-seri acuan surat utang negara (SUN) pada 3 bulan terakhir. Seri acuan paling banyak ditransaksikan investor di pasar sekunder yakni FR0063 (5 tahun), FR0064 (10 tahun), FR0065 (15 tahun) dan FR0075 (20 tahun).

Pada Januari, volume transaksi keempat seri acuan tersebut mencapai Rp167,3 triliun dengan frekuensi 11.434 kali, atau dengan rata-rata harian Rp7,60 triliun dengan frekuensi 520 kali per hari.

Pada Februari, volumenya turun menjadi Rp144,33 triliun dengan frekuensi 8.035 kali. Secara harian, rata-rata volume transaksi Februari adalah senilai Rp7,59 triiun dan frekuensi 330 kali per hari.

Pada Maret, nilainya menjadi semakin rendah. Volume transaksi menjadi Rp137,56 triliun sebanyak 6.922 kali. Secara harian, volume transaksi menjadi Rp6,55 triliun dan frekuensi 330 kali per hari.

Lili Indarli, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), mengatakan bahwa aktivitas transaksi di pasar sekunder SBN umumnya banyak digerakan oleh investor asing. Asumsi ini semakin terbukti ketika gejolak eskternal kian meningkat, investor asing cenderung keluar dari pasar pada Februari dan Maret, dan aktivitas pasar semakin turun.

Pada Februari, asing mencatatkan net sell senilai Rp21,55 triliun. Aksi jual investor asing terus berlanjut hingga pertengah Maret mencapai net sell Rp21,92 triliun per Selasa (13/3/2018). Namun, setelah itu perlahan-lahan investor asing terus menambah lagi kepemilikannya.

Hingga akhir Maret, investor asing justru tercatat net buy Rp10,57 triliun. Investor asing paling banyak masuk pada lelang SUN yang digelar Selasa (26/3/2018) mencapai Rp7,79 triliun.

“Kalau asing kembali masuk, itu bisa diharapkan menjadi sinyal positif di pasar dan akan mendorong aktivitas perdagangan di pasar sekunder meningkat lagi,” katanya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.

Lili mengatakan, lemahnya aktivitas transksi di pasar SBN turut diikuti juga oleh pasar obligasi korporasi. Meskipun tidak selalu sejalan dengan aktivitas di pasar SBN, tetapi umumnya penurunan atau peningkatan aktivitas yang terjadi di pasar SBN akan diikuti oleh pasar obligasi korporasi.

Adapun, data kepemilikan SBN hingga Rabu (4/4/2018) menunjukkan adanya peningkatan kepemilikan asing senilai Rp7,2 triliun dibandingkan dengan posisi akhir Maret. Kepemilikan asing di SBN kini mencapai Rp865,99 triliun atau 39,73% dari total outstanding SBN.

Menariknya, aktivitas transaksi di awal April ini pun sudah menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Transaksi seri-seri acuan SUN pada Rabu (4/4/2018) bahkan sudah mencapai Rp16,67 triliun dalam sehari, dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata volume transaksi sepanjang 3 bulan terakhir sebesar Rp7,38 triliun per hari.

Anil Kumar, Investment/ Portofolio Manager Ashmore Asset Management Indonesia, mengatakan bahwa melemahnya aktivitas transaksi di pasar SBN Indonesia tidak terlepas dari mulai bangkitnya pasar surat utang sejumlah negara berkembang lainnya.

Hal ini menyebabkan banyak investor asing yang sejenak pindah dari Indonesia dan mengincar negara-negara tersebut, sebab mulai menarik. Brazil misalnya, mulai terapresiasi sebab harga batubara mulai meningkat dan hal tersebut akan berdampak pada kinerja ekonomi negara tersebut.

Anil mengatakan, Indonesia selama ini banyak diserbu investor mancanegara karena di saat banyak negara berkembang lainnya mengalami tekanan, Indonesia tampil sebagai satu-satunya yang memiliki kinerja tetap stabil.

Indonesia tetap memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi yang relatif rendah, level CDS yang terjaga, dan secara umum memiliki fundamental ekonomi yang solid. Di sisi lain, imbal hasil yang ditawarkan masih sangat menarik.

“Kalau keadaan terbalik, seperti sekarang ini, investor bisa merealisasikan keuntungannya di sini dan pindah ke negara-negara yang baru mau bagus. Alasannya, imbal hasil kita sudah turun 200 bps dalam 2 tahun, di hari ini banyak investor yang sebenarnya sudah untung. Mereka bisa saja merealisasikan keuntungannya dengan mulai menjual,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper