Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mayoritas Mata Uang Asia Melemah Jelang Pelaksanaan Tarif AS-China

Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (5/7/2018), sejalan dengan pelemahan mayoritas mata uang di Asia.
Mata uang Asia/Istimewa
Mata uang Asia/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (5/7/2018), sejalan dengan pelemahan mayoritas mata uang di Asia.

Rupiah ditutup melemah 31 poin atau 0,22% di level Rp14.394 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 10 poin atau 0,07% di posisi 14.373.

Pada perdagangan Rabu (4/7), rupiah rebound dan berakhir menguat 0,24% atau 34 poin di level 14.363. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.373 – Rp14.425 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang di Asia juga melemah petang ini, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,34% dan rupee India yang melemah 0,32%.

Di sisi lain, ringgit Malaysia dan dolar Singapura masing-masing menguat tipis 0,09% dan 0,01%.

Dilansir dari Bloomberg, mata uang won Korsel memimpin pelemahan pada mata uang Asia di tengah kehati-hatian pasar menjelang tenggat waktu pengenaan tarif oleh Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang China senilai US$34 miliar pada Jumat (6/7/2018).

Pemerintah China telah menegaskan bahwa tarif terhadap barang-barang Amerika Serikat (AS) akan mulai berlaku setelah tarif AS mulai dikenakan.

“Mata uang Asia bertahan stabil dengan sedikit bias penurunan saat investor tetap bersikap hati-hati atas pelaksanaan tarif China dan AS yang akan datang,” ujar Ken Cheung, senior Asian FX strategist di Mizuho Bank, Hong Kong.

Sementara itu, pergerakan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,16% atau 0,153 poin ke level 94,378 pada pukul 17.36 WIB.

Pergerakan indeks dibuka turun tipis 0,03% atau 0,033 poin di level 94,498 pagi tadi, setelah berakhir melandai 0,06% atau 0,060 poin di posisi 94,531 pada perdagangan Rabu (4/7).

Menurut analis Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail, pelemahan dolar AS didorong penguatan sejumlah mata uang negara berkembang akibat intervensi bank sentral China (PBOC) terhadap yuan yang berhasil mengerek penguatan mata uang itu kemarin.

Rupiah kemarin sempat menguat cukup tajam akibat kembali menguatnya yuan. Namun, rupiah melemah hari ini seiring ekspektasi analis bahwa data cadangan devisa yang dirilis esok hari akan kembali turun sebesar US$1 miliar menjadi US$121 miliar pada Juni.

Sementara itu, dalam risetnya, Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja menuliskan bahwa Bank Indonesia (BI) kemungkinan menaikkan suku bunga acuannya lebih lanjut sebesar 50 bps tahun ini menjadi 5,75% seiring upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper