Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Lampaui Permintaan, Harga CPO Kembali Memerah

Harga minyak kelapa sawit kembali memerah pada penutupan perdagangan di Bursa Malaysia Derivatif karena adanya kekhawatiran akan pelemahan permintaan.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit kembali memerah pada penutupan perdagangan di Bursa Malaysia Derivatif karena adanya kekhawatiran akan pelemahan permintaan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (27/7), harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di Bursa Malaysia Derivatif (MDX) kembali mengalami penurunan sebesar 16 poin atau 0,73% menjadi 2.186 ringgit per ton dari penutupan perdagangan sesi sebelumnya. Dengan harga tersebut tercatat harga CPO turun 13,18% selama tahun berjalan.

“Ada kekhawatiran bahwa permintaan ekspor tidak bisa dipertahankan. Laju permintaan ekspor akan semakin krisis karena produksi dari Malaysia dan Indonesia juga meningkat,” ujar Sathia Varqa, pemilik perusahaan Palm Oil Analytics, dikutip dari Bloomberg, Minggu (29/7/2018).

Namun, Sathia menuturkan bahwa masih ada faktor yang dapat mendukung harga CPO, yaitu pelemahan ringgit, kenaikan harga minyak di Dalian, China, dan adanya komentar positif dari pemerintah Indonesia untuk menggunakan biodiesel.

Sebelumnya, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa dengan pelemahan harga saat ini dan dengan adanya perang dagang, ada kesempatan bagi CPO untuk masuk ke pasar China dan menjadi alternatif bagi minyak nabati lain yang harganya lebih tinggi dari segi biaya pengiriman dan juga biaya produksinya.

Secara jangka panjang, Ibrahim memprediksikan kemungkinan besar produksi CPO Indonesia bisa meningkat pada akhir tahun hingga mencapai 15%. Produksi CPO Indonesia dan Malaysia bisa mengalami lonjakan karena ada Natal, Tahun Baru, dan musim dingin.

“Produksi dari Indonesia bisa naik hingga 15% pada Desember nanti karena Natal, Tahun Baru, dan musim dingin di China dan Eropa Utara. Kenaikkannya bisa mencapai sekitar 2,5% dari Desember tahun sebelumnya,” katanya.

Ibrahim memproyeksikan harga CPO selama sepekan akan bergerak pada posisi 2.153 ringgit per ton – 2.220 ringgit per ton, jika ketidak pastian perang dagang terus berlangsung. Apabila ada gangguan seperti kenaikan produksi atau penurunan permintaan, harga CPO bisa bergerak di posisi 2.080 ringgit per ton – 2.290 ringgit per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper