Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Turki Beraksi, Lira Kembali Menguat

Mata uang Turki Lira kembali menguat di hadapan dolar Amerika Serikat setelah sempat menyentuh titik terendahnya, terdorong oleh sejumlah langkah likuiditas dari bank sentralnya, dan adanya rencana panggilan konferensi yang diadakan oleh Kementerian Keuangan Turki untuk meyakinkan investor.
Uang lira Turki./Reuters-Murad Sezer
Uang lira Turki./Reuters-Murad Sezer

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang Turki Lira kembali menguat di hadapan dolar Amerika Serikat setelah sempat menyentuh titik terendahnya, terdorong oleh sejumlah langkah likuiditas dari bank sentralnya, dan adanya rencana panggilan konferensi yang diadakan oleh Kementerian Keuangan Turki untuk meyakinkan investor.

Lira, pada perdagangan Selasa (14/8) kembali menguat 0,39 poin atau 6,10% menjadi 6,48 lira per dolar AS. Secara year-to-date, lira merosot 41,45% di hadapan dolar.

Sebelumnya, pada perdagangan Senin (13/8), lira ditutup di posisi 6,9 lira per dolar AS, melemah 45% sepanjang tahun ini, tertekan oleh kekhawatiran terhadap rencana Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk menurunkan suku bunga dan memperburuk hubungan dengan AS.

Pelemahan mata uang Turki itu telah memicu guncangan pada seluruh mata uang di pasar global. Lira melorot sekitar 18% pada Jumat (10/8), sehingga memukul saham AS dan Eropa karena para investor mencemaskan eksposur banknya ke Turki.

Obligasi berdenominasi dolar AS yang diterbitkan oleh sejumlah bank Turki semakin anjlok pada Selasa, meskipun obligasi pemerintahnya tetap stabil.

Hubungan antara anggota sekutu Pakta Pertahan Atlantik Utara (NATO) Turki dan AS semakin merenggang, disebabkan oleh sejumlah isu dari mulai penyimpangan kepentingan di Suriah, rencana Ankara untuk membeli sistem pertahanan Rusia, dan penahanan pendeta asal AS, Andrew Brunson.

Pihak Gedung Putih pada Senin melaporkan, penasihat keamanan nasional AS John Bolton telah bertemu Duta Besar Turki untuk AS untuk mendiskusikan penahanan Brunson yang diadili di Turki atas tuduhan terorisme. Trump telah meminta Brunson segera dibebaskan.

Sejumlah trader mengatakan bahwa kabar Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak akan menghelat panggilan konferensi dengan 1.000 investor untuk mendiskusikan masalah ekonomi, membawa dorongan penguatan pada mata uangnya.

“Menurut saya panggilan Albayrak kepada para investor telah membantu lira menguat. Saya yakin akan ada topik penting dan baru yang akan didiskusikan dalam konferensi ini, karena jika tidak ada, panggilan itu tidak akan dilaksanakan,” ujar Isik Okte, ahli strategi bank TEB Investment, dikutip dari Reuters, Selasa (14/8/2018).

Sejumlah bankir mengatakan bahwa bank sentral Turki akan memenuhi keperluan likuiditas lira hingga 19,25% atau 150 basis poin dari patokan 7 Days Repo Rate, aksi yang diperkirakan dapat sedikit memicu peningkatan suku bunga.

Sejumlah analis menuturkan krisis sudah lama terjadi dan mencerminkan penolakan Turki untuk menaikkan suku bunganya untuk menahan inflasi hingga dua digit dan mendinginkan perekonomian yang tengah memanas.

Erdogan, menampik fundamental ekonominya menjadi penyebab pelemahan lira, mengatakan bahwa Turki telah menjadi target perang ekonomi dan meminta agar masyarakat Turki menjual dolar AS dan euro sebanyak mungkin untuk menguatkan mata uangnya.

Panggilan lobi bisnis Turki pada Selasa dilakukan agar bisa mengetatkan kebijakan moneternya dan menstabilkan lira, serta untuk memecahkan masalah diplomasi antara AS dan Turki.

Setelah melakukan pertemuan antara Bolton dengan Duta Besar Turki Serdar Kilic, Pemerintah AS terlihat tidak memberikan indikasi apapun yang menunjukkan bahwa AS telah siap untuk memberikan keringanan dalam perselisihan antara pimpinan kedua negara tersebut.

Pemerintah Turki berulang kali mengatakan bahwa masalah Brunson sudah diajukan ke pengadilan dan hakim Turki telah memindahkan Brunson dari penjara menjadi tahanan rumah. Geram dengan aksi tersebut, yang menurut pihak Washington masih belum cukup, akhirnya memicu sanksi dari Trump kepada dua Menteri Turki dan membuat AS melipatgandakan tarif impor logam sehingga menambah tekanan kepada lira.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hasset mengatakan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin tengah mengawasi situasi keuangan di Turki dengan sangat ketat.

“Sekarang bukan lagi tentang perselisihan birokrasi antara kedua negara, tapi lebih ke pertengkaran antara presiden dari masing-masing negara,” ujar Soner Cagaptay, Direktur Turkish Research Program di Washington Institute.

Cagaptay mengatakan bahwa Wasington memiliki senjata berupa sanksi ekonomi yang siap diluncurkan untuk menghadapi Turki, yang dipercaya bahwa Trump akan semakin memperkuat kedudukannya hingga Brunson dibebaskan. Aksi demikian akan dinilai Erdogan sebagai serangan dari Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper