Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi IHSG: Koreksi Berpotensi Kembali Terjadi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali terkoreksi pada sesi perdagangan Kamis (16/8/2018), meskipun sehari sebelumnya sempat menguat karena ditopang sejumlah sentimen positif domestik.
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali terkoreksi pada sesi perdagangan Kamis (16/8/2018), meskipun sehari sebelumnya sempat menguat karena ditopang sejumlah sentimen positif domestik.
 
Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan IHSG ditutup naik 0,81% di level 5.816 pada perdagangan Rabu (15/8). 

Delapan sektor industri tercatat mengalami kenaikan, sedangkan satu sektor mengalami penurunan.

Sektor yang mengalami kenaikan terbesar adalah agrikultur dengan 5,85% dan infrastruktur 1,73%.  Adapun sektor yang mengalami penurunan adalah industri konstruksi yang turun 0,28%.
 
Sementara itu, asing membukukan net sell di semua perdagangan saham senilai Rp352,97 miliar.
 
Dari dalam negeri, rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekspor Indonesia pada Juli 2018 menjadi pendorong. Ekspor tumbuh 19,33% secara year-on-year (yoy), sedangkan impor meroket 31,56%. 

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia Juli 2018 turun dari US$1,74 miliar menjadi US$2,03 miliar. Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan  suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5%.
 
"Kemarin memang tekanan dari data neraca perdagangan yang kurang baik diiringi dengan kenaikkan suku bunga acuan memang membuat indeks tidak dapat melakukan kenaikan lebih banyak. Namun, sejauh ini langkah BI untuk menaikkan suku bunga acuan kami rasa sudah sangat tepat. Stabilitas rupiah merupakan hal yang terpenting saat ini, meskipun kenaikan suku bunga acuan tentu akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi," papar Nico dalam riset harian, Kamis (16/8).
 
Dia menuturkan saat ini pemerintah juga mulai mengurangi impor proyek infrastruktur untuk menjaga agar defisit transaksi berjalan tidak melewati 3%
 
"Secara teknikal, indeks hari ini berpotensi terkoreksi dengan support dan resistance di level 5.731-5.861," sebut Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper