Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemesanan ORI015 Sudah Tembus Rp9 Triliun

Tren yield surat utang negara atau SUN yang terus meningkat akan turut meningkatkan risiko penurunan harga obligasi ritel Indonesia seri ORI015 di pasar sekunder.
Obligasi Ritel Indonesia/Istimewa
Obligasi Ritel Indonesia/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA—Tren yield surat utang negara atau SUN yang terus meningkat akan turut meningkatkan risiko penurunan harga obligasi ritel Indonesia seri ORI015 di pasar sekunder. Risiko ini sedikit menurunkan minat investor ritel membeli instrumen ini, kendati kini sudah menembus Rp9 triliun.

Saat ini, masa penawaran ORI015 masih berlansung dan akhir berakhir pada Kamis (25/10) pekan depan. ORI015 ini menawarkan tingkat kupon sebesar 8,25%, yang mana tidak jauh berbeda dibandingkan yield surat utang negara (SUN) tenor yang sama di kisaran 8,19% dan terus meningkat.

Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerin Keuangan, mengatakan bahwa hingga Selasa (16/10) lalu, nilai pemesanan atas instrumen ini sudah mencapai Rp9,4 triliun.

Dengan demikian, nilainya sudah melampaui nilai pemesanan ORI014 tahun lalu yang hanya Rp8,95 triliun. Hal ini wajar menimbang minat investor tahun lalu sangat rendah lantaran kupon yang diberikan pemerintah hanya 5,85%, terendah sepanjang sejarah penerbitan ORI sejak 2006.

Loto mengatakan, dengan realisasi pemesanan mencapai Rp9,4 triliun dan waktu pemasaran yang masih tersisa sepekan lagi, penjatahan awal yang diberikan pemerintah sebesar Rp10 triliun kepada 17 mitra distribusi tidak sulit untuk dilampaui.

Sebelumnya, pada pembukaan masa penawaran ORI015 pada Kamis (4/10) lalu, Loto mengatakan bahwa pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan nilai penerbitan instrumen ini bila memang animo investor tinggi.

Adapun, pada tahun ini pemerintah menargetkan penerbitan surat berharga negara (SBN) kepada investor ritel hanya sekitar 4% dari target gross issuance SBN Rp846,4 triliun, atau sekitar Rp30 triliun hingga Rp33 triliun.

Sebelumnya, pemerintah sudah terbitkan 3 instrumen SBN ritel senilai total Rp17,69 triliun, sehingga tersisa Rp13 triliun hingga Rp16 triliun lagi. Sementara itu, masih ada dua instrumen tersisa, yakni ORI015 dan sukuk tabungan yang akan diterbitkan bulan depan.

“Kalau nanti animonya besar, nanti kita lihat lagi. Kalau SBN ritel demand-nya lebih tinggi, berarti kita akan kurangi target di lelang rutin,” katanya.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa tidak mengejutkan bahwa ORI015 dengan mudah bisa melampaui nilai emisi ORI014 tahun lalu, sebab kuponnya jauh lebih menarik.

Namun demikian, menurutnya dalam sepekan ke depan tambahan pemesanan kepada instrumen ini tidak akan terlalu besar. Pasalnya, daya tarik instrumen ini adalah bahwa instrumen ini bisa ditransaksikan di pasar sekunder.

Sayangnya, saat ini tren yield dan suku bunga acuan Bank Indonesia sedang terus meningkat sehingga investor ritel akan kesulitan untuk berharap ada peningkatan harga di pasar sekunder.

Di sisi lain, investor asing juga tidak bisa lagi membeli instrumen ini di pasar sekunder, yang mana semakin mengurangi pangsa pasarnya.

Nico mengatakan, hal ini bisa saja menjadi peluang bagi pemerintah untuk mengedukasi investor ritel agar mempertahankan investasinya hingga jatuh tempo.

Menurutnya, dalam kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil saat ini, kebanyakan masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya dalam bentuk tunai atau deposito. Di sinilah upaya edukasi diperlukan agar investor lebih bijaksana untuk mengubah preferensi instrumennya dari deposito ke ORI.

“Kalau tujuannya bukan untuk jual beli di pasar sekunder, tetapi disimpan sampai jatuh tempo seperti deposito, akan lebih bijaksana kalau investor ubah alokasi asetnya dari deposito ke ORI karena kuponnya lebih tinggi,” katanya.

Nico mengatakan, pemerintah perlu memastikan agar tidak lagi ada penjualan terselubung yang menyebabkan instrumen ini dibeli oleh investor institusi. Selain itu, dirinya berharap upaya sosialisasi benar-benar massif di masa mendatang dan jangan lagi pemerintah memberikan kupon yang rendah seperti tahun lalu.

“Edukasi tidak akan ada artinya kalau kupon yang diberikan sama sama dengan deposito atau imbal hasil SUN dengan tenor yang sama,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper