Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Lanjut Melemah Akibat Tekanan Penguatan Dolar AS

Harga emas melanjutkan penurunan dalam tujuh sesi beturut-turut, menyentuh level terendahnya selama sebulan karena dolar Amerika Serikat kembali melambung ke level tertinggi selama 16 bulan.
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas melanjutkan penurunan dalam tujuh sesi beturut-turut, menyentuh level terendahnya selama sebulan karena dolar Amerika Serikat kembali melambung ke level tertinggi selama 16 bulan.
Salah satu pendorong penguatan dolar AS antara lain adanya ketidakpastian politik di Eropa dan sentimen hawkish pada kenaikan suku bunga selanjutnya.
Harga emas spot pada perdagangan Senin (12/11) turun 0,16% atau 1,88 poin menjadi US$1.207,77 per troy ounce dan tercatat turun 7,29% secara year-to-date (ytd).
Sedangkan harga emas Comex tercatat tergelincir tipis 1 poin atau 0,08% menjadi US$1.207,60 per troy ounce dan membukukan penurunan 7,77% sepanjang 2018 berjalan.
Analis di Saxo Bank Ole Hansen menuturkan bahwa penggerak utama harga emas kali ini adalah penguatan dolar AS karena ketidakpastian politik di Inggris dan Italia.
"Emas menghadapi sedikit hambatan karena dolar AS berhasil menguat tajam," ujarnya, dikutip dari Reuters, Senin (12/11/2018).
Harga logam kuning itu mencatatkan penurunan mingguan terbesar pada pekan lalu sejak Agustus setelah The Fed menegaskan akan melakukan pengetatan kebijakan moneternya dan menjadi sentimen negatif bagi harga emas yang tidak memiliki imbal hasil.
Indeks dolar AS, yang menjadi tolok ukur kekuatan dolar AS di hadapan sekeranjang mata uang utama, naik 0,52% menjadi 97,42 poin.
Greenback mendapat keuntungan dari pergeseran pasar ke aset berisiko yang terus meningkat karena tensi perang dagang AS dan China yang semakin memanas, perekonomian China yang melambat, ketidakpastian Brexit, dan pertentangan antara Roma dan Uni Eropa terkait dengan rencana anggaran Italia.
Selain itu, dolar AS juga mendapat dorongan tambahan dari pandangan hawkish The Fed untuk kenaikan suku bunga selanjutnya.
Bank sentral AS pada pekan lalu mengindikasikan akan menaikkan suku bunga pada bulan depan dan tetap pada jalurnya untuk melanjutkan kenaikan suku bunga dua kali lagi pada 2019 lantaran data ekonominya positif.
Kenaikan suku bunga AS cenderung menguatkan dolar AS dan imbal hasil treasury sehingga menambah tekanan pada komoditas berdenominasi dolar AS, termasuk bullion yang tidak berimbal hasil.
"Sepertinya pasar bearish kembali mengambil alih. Cukup mengecewakan, karena setiap kali emas reli pasti ada saja hal yang mengendurkan semangatnya dengan sangat cepat," lanjut Hansen.
Harga logam kuning itu sudah anjlok lebih dari 11% dari puncaknya pada April di kisaran harga US$1.300-an per troy ounce, dengan banyak investor yang menumpuk dolar AS-nya di tengah perang dagang antara AS dan China dan kenaikan suku bunga AS.
Ahli strategi komoditas Macquarie Matthew Turner memproyeksikan harga emas bisa lanjut turun ke bawah US$1.200 per troy ounce pada akhir tahun ini.
Sementara itu, hedge fund dan money manager juga memangkas posisi jangka oendeknya untuk emas hingga 8.136 kontrak menjadi 37.486 kontrak pada pekan 6 November.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper