Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia-Malaysia-Filipina Percepat Kerja Sama Pengelolaan Perikanan

Tiga negara anggota Asean, Indonesia, Malaysia, dan Filipina mengesahkan komitmen penting untuk mengimplementasikan Program Aksi Strategis Regional yang bertujuan menciptakan produksi perikanan yang berkelanjutan di Laut Sulu-Sulawesi

Bisnis.com, BALIKPAPAN - Tiga negara anggota Asean, Indonesia, Malaysia, dan Filipina mengesahkan komitmen penting untuk mengimplementasikan Program Aksi Strategis Regional yang bertujuan menciptakan produksi perikanan yang berkelanjutan di Laut Sulu-Sulawesi.

Penandatanganan kesepakatan program aksi regional oleh tiga negara tersebut dilakukan di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (29/10/2013). Ini menjadi langkah terbaru untuk mempercepat kerja sama dalam pengelolaan perikanan dan konservasi di Laut Sulu-Sulawesi.

Komitmen kerja sama tersebut ditandatangani oleh Sudirman Saad, Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Datuk Ujang Sulanim, Permanent Secretary Kementerian Pertanian dan Industri Makanan Sabah, Malaysia, dan Atty Asis G. Perez, Direktur Biro Perikanan dan Sumber Daya Air (Bureau of Fisheries and Aquatic Resources/BFAR) Filipina.

Laut Sulu-Sulawesi (Sulu Celebes Sea/SCS) merupakan satu dari 200 ekoregion paling kritis di dunia, tetapi menjanjikan kesejahteraan bagi kawasan melalui pengelolaan yang berkelanjutan.  Ekosistem laut yang cukup besar ini juga berada di teritori yuridiksi tiga negara anggota Asean tersebut.

Dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Direktur Departemen Perikanan Sabah, Malaysia yang juga Ketua Sub-Komite Perikanan Berkelanjutan Ekoregion Laut Sulu-Sulawesi (Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion/SSME), Datuk Rayner Stuel Galid mengatakan masih dibutuhkan banyak dukungan untuk mengimplementasikan program regional ini. Mulai dari dukungan pendanaan hingga menginformasikan partisipasi lokal dan aksi.

Penandatanganan kesepakatan ini menjadi puncak dari proses selama 2 tahun, termasuk konsultasi dengan para pemangku kepentingan, para ahli dan lembaga/badan terkait pemerintah di Indonesia, Malaysia dan Filipina.

Romeo Trono, manajer proyek regional United Nations Office for Special Services (UNOPS) untuk SCS-SFMP mengatakan lebih dari 40 juta orang yang tinggal dan berada di sekitar Laut Sulu-Sulawesi sangat bergantung pada sumber daya yang dimiliki laut tersebut.

Namun, penilaian lintas batas terbaru menunjukkan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya ikan, serta peningkatan intensitas dan kapasitas berbagai perikanan sejak 1960-an telah mengakibatkan ukuran ikan menurun dan tangkapan oleh nelayan.

Total produksi perikanan laut di negara-negara SCS selama dekade terakhir menunjukkan adanya peningkatan sepuluh kali lipat dari periode 1950.

Kemiskinan juga umumnya lebih tinggi di masyarakat pesisir di kawasan Laut Sulu-Sulawesi (SCS). Penurunan sumber daya perikanan, di samping pertumbuhan yang cepat dari populasi, sangat memengaruhi situasi ekonomi dari masyarakat nelayan.

Untuk menangani dampak karena sumber daya yang menurun, kerja sama tiga negara melalui penerapan Strategic Action Program (SAP) ini akan fokus mengatasi masalah pengelolaan dan konservasi yang berkaitan dengan ikan pelagis kecil, seperti sardines, long-jawed mackarel, tongkol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Siti Munawaroh
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper