Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TKI Curhat, Menlu Retno Mendengar

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi secara khusus menemui para TKI yang ditampung KBRI Singapura dan mendengarkan curhat (curahan hati) mereka, Rabu sore waktu setempat (26/11/2014).
Menlu Retno Marsudi./Antara
Menlu Retno Marsudi./Antara

Bisnis.com, SINGAPURA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi secara khusus menemui para TKI yang ditampung KBRI Singapura dan mendengarkan curhat (curahan hati) mereka, Rabu sore waktu setempat (26/11/2014).

"Saya berada di antara ibu-ibu dan adik-adik sekalian untuk berbagi rasa sesama anak bangsa, dan juga menyampaikan bahwa perlindungan WNI adalah prioritas pemerintahan Presiden Jokowi," kata Menlu Retno di asrama penampungan TKI di KBRI Singapura.

Duduk dikelilingi tujuh puluhan TKI bermasalah, Retno mendengarkan keluhan sekitar empat-lima orang dari total 79 perempuan TKI yang tinggal di penampungan sementara KBRI Singapura.

Salah satunya adalah Yulianti, TKI asal Banjarnegara, Jawa Tengah, yang sudah tinggal di KBRI selama satu tahun delapan bulan karena masih menunggu putusan akhir pengadilan kepada mantan majikannya atas kasus penganiayaan yang dialaminya.

Ada pula Riana yang sudah tinggal selama satu tahun dua bulan karena masalah ketidakcocokan tempat kerja dengan yang tertulis di kontrak.

Proses penyelesaian masalah Riana menjadi lebih lama karena ia juga menjadi saksi dalam kasus yang diduga terkait agen penyalur TKI.

Selain kedua orang tersebut, semua TKI yang tinggal di KBRI juga memiliki berbagai masalah yang dapat diklasifikan menjadi masalah hukum pidana, pelanggaran kontrak kerja dan disharmoni dengan majikan.

Menanggapi cerita-cerita tersebut Retno menyampaikan kepada mereka agar tidak ragu meminta bantuan ke kantor perwakilan RI jika mengalami persoalan karena KBRI adalah rumah bagi WNI yang ada di luar negeri.

"Secara hukum, Singapura termasuk salah satu negara yang memiliki sistem yang cukup bagus dalam melindungi tenaga kerja asing, tapi bahkan di negara yang bersistem bagus pun kadang selalu muncul persoalan. Karena itu, pemerintah bersama Anda dan dengan keberpihakan kepada WNI bersama-sama menyelesaikan persoalan," ujarnya.

Meskipun demikian, Menlu juga berpesan kepada para TKI, baik yang sedang menunggu waktu kepulangan karena masalahnya telah diselesaikan maupun yang masih menunggu proses hukum, untuk selalu menjaga nama baik Indonesia.

Usai sesi curhat itu, Retno juga bersedia untuk melayani permintaan foto bareng maupun selfie bersama para TKI.

"Saya itu waktu dengar cerita ibu-ibu tadi jadi ikut merinding, ikut sakit, karena saya ini juga perempuan dan ibu dari dua anak yang usianya hampir sama dengan mereka," kata Retno kepada wartawan.

Sebelumnya pada 20 November 2014 lalu, Menlu Retno telah bertemu Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri untuk membahas optimalisasi perlindungan TKI dari hulu ke hilir.

Dalam pertemuan itu disepakati bahwa permasalahan di tingkat hulu merupakan tanggung jawab Kemnaker serta BNP2TKI, dan tingkat hilir adalah Kemlu beserta seluruh perwakilan RI di luar negeri.

"Ini bukan masalah siapa yang lebih bertanggung jawab, tapi mari lebih melihat pada koordinasi antar instansi terkait yang menjadi efektif," kata Retno menanggapi pernyataan bahwa tugas Kemlu lebih berat karena banyak masalah TKI muncul setelah penempatan kerja.

"Apabila sejalan kita akan lebih dapat memberikan perlindungan kepada WNI dan diharapkan kasus yang ditangani menurun," kata Retno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper