Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank BNI Syariah mengantongi laba bersih per akhir Juni tahun ini sejumlah Rp165 miliar, tumbuh 13% secara year on year dari Rp146 miliar.
Plt. Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan, pertumbuhan laba tersebut disokong oleh ekspansi pembiayaan, kontribusi komposisi rasio dana murah, serta efisiensi operasional yang terus terjaga.
“Pembiayaan kami tumbuh 18,85% secara year on year per akhir semester pertama ini menjadi Rp22,56 triliun dari Rp18,98 triliun,” ucapnya di sela paparan kinerja semester I/2017 BNI Syariah, di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Dari total pembiayaan sebesar Rp22,56 triliun, sebagian besarnya merupakan pembiayaan konsumer 51,9%, disusul pembiayaan ritel produktif atau UKM 21,7%, komersial 19,3%, mikro 5,6%, dan kartu pembiayaan Hasanah Card sekitar 1,5%.
Pertumbuhan pembiayaan disertai kenaikan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) secara gross maupun net. NPF gross per akhir Juni tahun ini 3,38% sedangkan NPF net 1,76%. Manajemen perseroan menyatakan, kenaikan NPF ini tepengaruh melemahnya harga komoditas.
Abdullah menuturkan, kenaikan rasio pembiayaan bermasalah tersebut sudah diantisipasi perseroan. Guna menanganinya dibuatlah task force untuk mengawasi sejumlah debitur yang mendapat tinta merah alias masuk dalam pemantauan khusus BNI Syariah.
“Kami juga lakukan transformasi organisasi sehingga beberapa organisasi kami perluas fungsinya. Misalnya, ada divisi haji dan umroh supaya kami lebih fokus menggarap bidang ini,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
