Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023: Menjaga Uang Layak Edar di Pulau-pulau Terluar

Bisnis.com,19 Mei 2023, 08:00 WIB
Penulis: Dionisio Damara

Bisnis.com, WAKATOBI – Gelombang perairan di Pulau Runduma seolah enggan diam. Tingginya gelombang membuat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kakap 811 tak henti-hentinya bergejolak. Mual dan rasa cemas menjadi satu.

Matahari baru kembali dari peraduan saat KRI Kakap tiba di Runduma pada Selasa (9/5/2023). Aktivitas di kapal mulai sibuk. Orang-orang mulai berseliweran dan bergegas menyiapkan uang layak edar untuk ditukarkan kepada masyarakat di sana. 

Runduma merupakan salah satu pulau terluar di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pulau ini secara geografis terpisah dari pulau besar lain di Wakatobi. Tingginya gelombang dan minimnya fasilitas membuat Runduma menjadi kurang populer bagi para pelancong.

Meski demikian, kondisi ekstrem ini diabaikan oleh petugas kasir Bank Indonesia (BI), yang tergabung dalam Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023. Kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh BI dan TNI Angkatan Laut (AL) ini sudah dimulai sejak 2012. Pada tahun ini, Runduma menjadi salah satu pulau yang dikunjungi tim Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023.

Total ada lima pulau yang menjadi target kunjungan Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2023 di Sulawesi Tenggara. Kelima pulau itu adalah Wanci, Kaledupa, Tomia, Binongko, dan Runduma. Kegiatan ERB 2023 dimulai pada 5 hingga 10 Mei 2023. Bisnis Indonesia menjadi salah satu media massa yang berkesempatan untuk mengikuti seluruh rangkaian ekspedisi. 

Bisa dibilang, perjalanan menuju Runduma menjadi yang terberat. Bagaimana tidak, kondisi perairan ekstrem membuat KRI Kakap, yang masuk ke dalam jenis fast patrol boat (FPB), bergoyang tiada henti. Goncangan ini bisa membuat siapa saja yang berada di atas kapal mual.

“Saya tidak bisa makan saat tiba di sini [Runduma], baru satu suap rasanya seperti mau keluar lagi,” ujar seorang kasir BI saat beringsut menuju daratan Runduma dengan kapal kayu nelayan.

Sedikitnya ada 14 petugas kasir BI yang mengikuti ERB 2023. Mereka tersebar dari penjuru Indonesia, mulai dari Sulawesi Utara, Lampung, Jakarta, Bali, hingga Sumatera Selatan. Nyaris semua petugas mengeluhkan hal serupa ketika tiba di Runduma. Rasa mual dan pusing seperti tak bisa dipungkiri. 

Akan tetapi, inilah tantangan yang harus dihadapi demi mendistribusikan rupiah layak edar di wilayah Indonesia yang masuk kategori Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T).

Rupiah Layak Edar

Petugas kasir Bank Indonesia (BI) melayani penukaran uang layak edar dalam program Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023 di Kecamatan Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin (8/5/2023). Layanan ini dikhususkan bagi masyarakat yang berada di wilayah Terdepan, Terluar, dan Terpencil (3T). JIBI - Dionisius Damara
 

 

Sesuai dengan Undang-undang No. 7/2011 tentang Mata Uang, BI memiliki tugas dan kewenangan dalam mengelola uang rupiah, mulai dari tahapan perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, hingga pemusnahan.

Pengelolaan uang rupiah yang dilakukan bank sentral salah satunya ditujukan untuk menjamin ketersediaan rupiah layak edar. Rupiah layak edar berarti tidak lusuh, cacat, ataupun rusak.

Kepala Departemen Pengelolaan Keuangan Bank Indonesia Marlison Hakim mengatakan ERB 2023 merupakan sinergi kerja sama yang dilakukan antara bank sentral dengan TNI AL dalam menjaga kedaulatan Indonesia, baik dari sisi keamanan maupun ekonomi.

“Khususnya, kami di BI bagaimana memastikan ketersediaan rupiah dengan kualitas yang baik. Itu yang kami lakukan bersama-bersama,” tutur Marlison.

Namun, upaya menjaga ketersediaan rupiah layak edar bukanlah pekerjaan mudah. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas belasan ribu pulau menjelma sebagai tantangan. keterbatasan akses dan transportasi turut membuat ketersediaan rupiah layak menjadi sulit.

Keterbatasan uang layak edar juga tecermin dalam ekspedisi kali ini. Total, BI membawa uang tunai senilai Rp13 miliar untuk ditukarkan kepada bank dan masyarakat di Wakatobi.

Hasilnya, BI mampu menghimpun 98,9 persen Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dan hanya 1,9 persen masuk ke dalam kategori Uang Layak Edar (ULE). Hal tersebut menunjukkan bagaimana sulitnya masyarakat di wilayah 3T mampu memiliki uang rupiah berkualitas.

Kondisi ini bukan tanpa sebab. Sulitnya akses mendapatkan uang layak edar disebabkan oleh minimnya infrastruktur keuangan. Dari lima pulau yang dikunjungi, hanya empat pulau (Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko) yang memiliki ATM. Itu pun hanya satu mesin di tiap pulau.   

“Terkadang [ATM] suka bermasalah. Kalau sudah begitu, harus menunggu 1 – 2 hari untuk menunggu perbaikan dan baru bisa mengambil uang,” ujar Sri Lati (44) warga Pulau Kaledupa.

Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman dalan kick off ERB 2023 pada Januari lalu mengatakan bahwa kondisi geografis NKRI, terutama di wilayah 3T masih menjadi tantangan. 

“Dengan kegiatan ini, bukan hanya bermanfaat bagi masyarakat terkait uang dengan kualitas yang layak edar, tetapi juga adanya kebahagiaan oleh perhatian dari kunjungan BI dan TNI AL,” ujarnya. 

ERB 2023 akan menghadirkan berbagai layanan, antara lain penyediaan uang layak edar, layanan kas keliling, edukasi cinta bangga paham rupiah, dan program bantuan sosial dedikasi untuk negeri.  Pada tahun ini, cakupan kerja sama BI dan TNI AL akan semakin diperluas melalui kolaborasi dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan bakti kesehatan oleh TNI AL berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara gratis.

Antusiasme Warga

Salah seorang warga di Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, menunjukkan uang hasil penukarannya pada Sabtu (6/5/2023). JIBI/Dionisio Damara

 

Persoalan masyarakat di Wakatobi untuk memiliki rupiah berkualitas banyak terbantu dengan kehadiran ERB 2023. Masyarakat yang mengetahui soal kegiatan ini tak henti-hentinya datang ke lokasi penukaran, sembari membawa uang lusuh hingga recehan dalam genggaman.

Ningsih, seorang pemilik kios di Pulau Binongko, Kabupaten Wakatobi, misalnya, mengaku sangat terbantu dengan kehadiran tim ERB 2023. Dia mengakui cukup sulit mendapatkan uang rupiah pecahan kecil. Tak tanggung-tanggung, dia lantas menukarkan uang sebanyak Rp4 juta.

“Ini [uangnya] untuk kebutuhan di toko karena sulit mendapatkan uang kecil di sini, makanya saat ada informasi soal penukaran uang, saya langsung datang ke sini,” pungkasnya.

Menurutnya, kehadiran layanan penukaran uang oleh BI bersama dengan TNI AL melalui ekspedisi ini, telah mempermudah dirinya untuk mendapatkan uang pecahan bernominal kecil. Hal yang selama ini menjadi kendala tersendiri bagi dirinya.

Lain lagi dengan Arifudin, salah seorang guru di SMAN 1 Kaledupa, yang datang ke lokasi penukaran uang dengan seplastik uang logam. Dia berencana menukarkan uang recehan bernominal Rp1.000 tersebut untuk membelikan sepeda anaknya.

“Total Rp1,13 juta dan semuanya recehan. Ini hasil celengan anak dari sisa uang jajannya dan mau dibelikan sepeda. Jadi, uangnya dikumpulkan dan sekarang mau ditukarkan,” ujarnya.

Dan masih banyak alasan masyarakat yang dituturkan oleh masyarakat di masing-masing pulau di Kabupaten Wakatobi. Hampir sebagian besar dari mereka mendengungkan komentar senada, yakni merasa terbantu dengan kegiatan ERB 2023.  

Ketua Panitia ERB 2023 Hendra Irawan mengatakan ekspedisi, yang usai digelar selama 6 hari tersebut, telah memastikan bahwa BI terus berkomitmen mendistribusikan uang layak edar bagi seluruh masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.

“Kami memastikan bahwa seluruh masyarakat berhak mendapatkan uang rupiah yang berkualitas, sehingga ke depannya pelaksanaan kegiatan ini akan terus berlanjut,” tuturnya.

Pada akhirnya, seluruh jerih payah petugas kasir BI dan TNI AL terbayar dengan senyuman di akhir ekspedisi. Rasa cemas, mual, dan pusing selama berlayar dengan KRI Kakap kini menjadi pengalaman tak terlupakan saat mendistribusikan uang layak edar di pulau-pulau terluar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini