Kreasi batik selalu berhasil mendapatkan hati oleh banyak orang. Dengan keaneka ragaman coraknya, kehadiran batik seakan tak pernah lekang dimakan zaman.
Warisan kebudayaan yang telah diakui organisasi internasional di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Unesco, itu bahkan telah menjadi buruan.
Tak heran, jika batik selalu mendapatkan minat. Tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, kini batik juga banyak diminati oleh bule.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, sepanjang 2022, nilai ekspor batik dan produk batik menembus angka US$64,56 juta atau meningkat 30,1 persen dibandingdengan realisasi 2021.
Sementara itu, pada periode Januari hingga April 2023, nilai ekspor batik dan produk batik sebesar US$26,7 juta, dan ditargetkan dapat menyentuh hingga US$100 juta pada tahun ini.
Proyeksi itu telah menjadi peluang bagi para pengrajin batik Tanah Air untuk meraup cuan lebih besar dari luar negeri.
Wien Adriaan, salah satunya, seorang pengrajin pernak-pernik asesoris batik yang tak pernah menyangka hasil buah tanganya itu dapat melanglang buana.
Ikhtiarnya menjadi pengusaha usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sejak 2004 telah berbuah manis. Produk yang dijual dengan merek Wien's Hand Creation & Nature berhasil terpampang diberbagai negara.
"Permintaan datang dari Belanda, Italia, Spanyol," kata Wien dengan semangat di sela-sela BNI UMKM Festival, di Semarang, Selasa (8/8/2023).
Pernak-pernik UMKM Wien's Hand Creation & Nature yang dipamerkan di acara BNI UMKM Festival yang digelar di Semarang, Selasa (8/8/2023)/Bisnis.com-Eusebio Chrysnamurti.
Manisnya pasar luar negeri tidak hanya dikecap oleh Wien. Produk tas buatan asli Semarang, Jawa Tengah pun laris manis di negeri seberang.
Jatuh bangun Syahnaz Nadya Winarto memasarkan produk tasnya keluar negeri tidak lah singkat. Butuh waktu sewindu untuknya sampai akhirnya bisa mengorbitkan produknya ke berbagai negara.
Kendati hanya sebagai pengusaha UMKM, mental dan insting menjadi senjata wajib untuk bisa sukses.
Hasilnya, produk tas yang dibanderol mulai dari Rp800.000 hinga Rp3 juta itu berhasil dijualnya mulai dari Singapura, Malaysia, Hong Kong, hingga Taiwan.
Dia mengaku, produk buatannya yang dilego melalui bantuan dunia maya sudah 30 persen terserap oleh pasar ekspor.
Meski begitu, Syahnaz bercerita langkah ekspor yang dia lakukan tak lepas dari peran perbankan. "Ada dukungan BNI Xpora. Saya memanfaatkan program itu. Ada banyak kegiatan pengembangan," katanya di sela acara BNI UMKM Festival.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dan Direktur Retail Banking BNI Putrama Wahju Setyawan saat melihat hasil kerajinan UMKM di acara BNI UMKM Festival, Selasa (8/8/2023)/Bisnis.com-Eusebio Chrysnamurti.
Dia pun mendapatkan bantuan KUR dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI untuk menunjang kebutuhan bisnis di tengah tingginya permintaan produk.
Produk Rorokenes juga turut disertakan sebagai official merchandise event internasional G20. "Tahun ini juga ikut KTT Asean," ujar Syahnaz.
BACA JUGA: Judi Online di Pusaran Kaum Sulit Hingga Berduit
UMKM Sebagai Tulang Punggung
Sebagai penopang deru ekonomi Tanah Air, sektor UMKM nyatanya punya sekelumit pekerjaan rumah, salah satunya akses pasar. Untuk mengatasi persoalan itu, karpet merah disiapkan oleh pemerintah juga industri perbankan agar UMKM RI mantap melenggang, bahkan hingga pasar global.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki memberikan sambutan pada pembukaan acara BNI UMKM Festival, Selasa (8/8/2023)/Bisnis.com-Eusebio Chrysnamurti.
UMKM memang merupakan tulang punggung perekonomian nasional dengan kontribusi 99 persen terhadap total kegiatan bisnis. Bahkan, sektor ini mampu menyerap 97 persen tenaga kerja, atau sekitar 117 juta pekerja, dan menyumbang 60 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) total UMKM di Indonesia tembus 8,71 juta unit usaha pada 2022.
Namun, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki yang turut hadir dalam pembukaan BNI UMKM Festival, mengatakan UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya keterbatasan akses pasar. Produk-produk UMKM Indonesia menurutnya kerap kali kalah bersaing dalam menjangkau global.
"Jangan sampai produk dari luar begitu masuk mudah. Sementara produk lokal susah," ujar Teten dalam acara BNI UMKM Festival pada Selasa (8/8/2023).
Untuk itu, pemerintah giat membuka jalan bagi UMKM melenggang di pasar global. "Sesuai arahan presiden, UMKM harus naik kelas. Kapasitas usaha naik, jadi lebih besar. Lalu kualitas produknya bagus," tutur Teten.
Di antara upaya pemerintah itu adalah business matching. "UMKM perlu dibantu promosikan produknya ke konsumen buyer B2B [business to business] dan B2C [business to consumer]. Sebaiknya dilakukan business matching, baik dengan importir termasuk B2B jaringan ritel pasar modern di Indonesia, agar pasar UMKM masuk jaringan ritel modern," ujar Teten.
Terbaru, pemerintah telah menjalankan business matching antara perusahaan di Jepang dan UMKM Indonesia. Terdapat 40 UMKM yang terlibat dalam business matching di Jepang itu.
Business matching dilakukan agar UMKM memperoleh akses pasar. Menurut Teten, perusahaan luar negeri pun sebenarnya banyak yang mau mencari partner, termasuk UMKM Tanah Air. Untuk itu, UMKM mesti mempunyai kemampuan dalam meningkatkan kualitas produknya agar dirilik.
Director ExportHub.id Ecosystem Amalia S Prabowo juga mengatakan di era pasar terbuka hingga pesatnya transformasi digital, UMKM harus berpikiran go global. Potensi UMKM Tanah Air pun sebenarnya besar.
Kemeriahan acara BNI UMKM Festival yang digelar di Semarang, Jawa Tengah pada Selasa (8/8/2023)/Bisnis.com-Eusebio Chrysnamurti.
"Banyak permintaannya dari buyer di luar negeri," ujarnya. Berdasarkan riset ExportHub.id Ecosystem, sejumlah negara dengan permintaan ekspor produk UMKM Indonesia yang tinggi diantaranya Amerika Serikat (AS), India, Kanada, hingga Brasil.
Sementara, kategori produk paling banyak diminta di antaranya aksesoris, home and garden, tanaman hias, hingga furniture. "Makanan dan minuman ke China juga kencang permintaannya," kata Amalia.
CEO MAKA Group & Founder Toko Kopi Tuku Andanu Prasetyo mengatakan UMKM harus membuat produk yang relevan dengan pangsa pasarnya agar bisnisnya berkelanjutan. Selain itu, dia menekankan bahwa pelaku usaha mesti memiliki visi dalam berbisnis.
“Usahakan apa yang kita buat ketemu siapa yang membutuhkan atau supply ketemu demand,” jelasnya.
Pengelolaan kredit atau utang juga patut menjadi perhatian UMKM. Certified Financial Planner Adrian Maulana mengatakan salah satu kiat dalam mengelola pinjaman adalah menjaga arus kas.
“Jangan lebih besar pasak daripada tiang,” katanya.
Menurutnya, pelaku UMKM juga harus bisa membedakan pengelolaan kredit konsumtif dan produktif. Sejalan dengan itu, skala prioritas
pengeluaran mesti ditentukan dan diupayakan terproteksi.
Strategi digital marketing atau pemasaran secara daring pun menjadi kebutuhan utama bagi UMKM saat ini. Pasalnya, hal ini memungkinkan UMKM untuk menjaring konsumen dari berbagai
negara.
“Kalau sukses di digital marketing, UMKM bisa jangkau pasar luar negeri,” kata Growth Consultant Jonathan End.
Dia menambahkan salah satu strategi digital marketing yang bisa diterapkan UMKM adalah engagement dengan memancing
testimoni konsumen.
Dia mengatakan testimoni itu jitu untuk menarik perhatian konsumen karena membantu calon pembeli untuk membayangkan penggunaan produk.
“Coba kirim-kirim produk, siapa tahu suka. Kemudian mereka unggah di media sosial dan itu mampu menarik konsumen baru,” ujar Jonathan.
Sementara itu, Founder Calla The Label Yeri Afriyani mengatakan pentingnya UMKM untuk berfokus pada pasar spesifik atau khusus (niche market). Strategi itu, jelas dia, sukses diterapkan Calla The Label saat menyasar pasar fesyen hingga sukses go global.
Tahun lalu, Calla The Label bahkan turut mendesain sepatu dari jenama internasional, Adidas. “Saya menyasar market yang lebih niche atau segmented. Nekat garap sesuatu yang berbeda sehingga pasarnya berkembang,” ungkapnya.
Co-Founder Du Anyam & Chief of Community Partnership Krealogi Hanna Keraf menambahkan pentingnya strategi bernarasi (story telling) untuk UMKM. Dia mengisahkan, langkah itu berhasil dalam upayanya memberdayakan perempuan dan mempromosikan budaya lokal di Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui industri anyaman.
Tidak hanya menjual produk anyaman, perempuan-perempuan sebagai pelaku usaha bercerita detail mengenai produknya kepada
konsumennya.
Dengan begitu, jelasnya, produk anyaman, Du anyam, yang berhasil menjadi official merchandise Asean Games pada 2018, mempunyai nilai yang berbeda.
“Jelaskan produk secara spesifik, seperti rantai pasok dari hulu ke hilir,” kata Hanna.
BACA JUGA: Paradoks Pinjol: Antara Jerit Debitur & Keluh Kesah Debt Collector
Dorongan Perbankan
Tidak hanya dari pemerintah, karpet merah bagi UMKM agar melenggang di pasar global disiapkan juga oleh perbankan. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI misalnya mempunyai sejumlah program guna mendorong UMKM mencapai pasar luar negeri.
Direktur Retail Banking Bank Negara Indonesia Putrama Wahju Setyawan mengatakan BNI sebagai bank BUMN yang berkomitmen mendorong UMKM naik kelas dan global, memiliki program BNI Xpora. Program tersebut merupakan solusi digital yang dikembangkan oleh BNI dan ditujukan untuk pelaku UKM yang ingin meningkatkan kapasitas bisnis.
Direktur Retail Banking BNI Putrama Wahju Setyawan saat memberikan sambutan dalam pembukaan acara BNI UMKM Festival, Selasa (8/8/2023)/Bisnis.com-Eusebio Chrysnamurti.
Program ini menawarkan beragam layanan digital yang bisa digunakan oleh pelaku UKM dari berbagai tingkatan, mulai dari yang masih merintis hingga yang siap memperluas pasar.
"BNI menggabungkan ekosistem diaspora dengan UMKM binaan di dalam negeri untuk dapat lebih cepat merespons potensi pertumbuhan di luar negeri," kata Putrama. Dengan jaringan yang sampai di 7 negara, BNI secara proaktif menyelenggarakan berbagai business matching agar UMKM bisa memiliki pengetahuan sekaligus informasi lengkap terkait kesempatan ekspor.
Saat ini, ekosistem ekspor dan diaspora yang telah dibiayai oleh BNI mencapai Rp28,77 triliun kepada lebih dari 27,33 ribu debitur. Terdapat lebih dari 40 kegiatan pendampingan dan lebih dari 100 kegiatan business matching.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dan Direktur Retail Banking BNI Putrama Wahju Setyawan saat penyerahan plakat di acara BNI UMKM Festival, Selasa (8/8/2023)/Bisnis.com-Eusebio Chrysnamurti.
"Tidak hanya melalui Xpora, BNI memiliki layanan mobile banking untuk mempermudah nasabah, termasuk pelaku UKM yang memiliki perputaran transaksi cepat, dalam bertransaksi keuangan," kata Putrama.
Geliat pembiayaan bagi UMKM pun digulirkan. Saat ini, total portofolio kepada UMKM sebanyak Rp117,9 triliun yang dinikmati oleh lebih dari 449 ribu debitur.
BNI juga aktif sebagai salah satu bank penyalur kredit usaha rakyat (KUR) dengan total penyaluran hingga saat ini sebesar Rp154 triliun kepada lebih dari 1,4 juta debitur.
Selain itu, sebagai dorongan agar UMKM naik kelas, BNI menggelar program BNI UMKM Festival. Melalui program tersebut, UMKM bisa mendapatkan insight dan pelatihan untuk meningkatkan skill sehingga dapat meningkatkan kapasitas bisnis.
Terbaru, BNI menggelar BNI UMKM Festival pada Selasa (8/8/2023) di Semarang. Di acara tersebut, BNI pun menggaet sejumlah UMKM dengan cerita suksesnya merengkuh pasar. Sejumlah UMKM yang terlibat yakni Rorokenes, Wien's Hand Creation & Nature, Dyah Kuncoro Handmade, Andjani, dan Zie Batik
BACA JUGA: Soeharto, Jokowi dan Mimpi Semu Proyek Food Estate
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel