Investor Pertama Gojek Berbicara Prospek GoTo

Bisnis.com,30 Apr 2022, 09:10 WIB
Penulis: Others

Nama Openspace Ventures telah melekat pada perusahaan, sebelum merger hingga GoTo resmi menjadi emiten ke-781 di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengenal nama Openspace Ventures, kita akan mengingat brand ride-hailing ternama di Tanah Air, Gojek. Benar, Openspace Ventures, adalah salah satu investor awal bagi perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB).

Namun, selain Gojek atau kini yang dikenal dengan GoTo, Openspace Ventures juga menanamkan dananya di beberapa startup atau perusahaan Indonesia a.l. Jiwa Group, iSeller, Zenius dan Pluang.

Bisnis Indonesia berkesempatan untuk mewawancarai Hian Goh, Co-Founder Openspace Ventures, perusahaan yang berada di balik emiten teknologi dengan valuasi decacorn, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), pada Rabu (20/4/2022) di Jakarta.

Berikut ini petikan wawancara Bisnis dengan Hian yang membahas perkembangan Openspace Ventures, dunia ventura hingga IPO GoTo.

Hian Goh, Co-Founder Openspace Ventures, di sela-sela wawancara dengan Bisnis di Jakarta, Rabu (20/4/2022)/ Bisnis

 

Bagaimana progress Openspace Ventures dari awal berdiri hingga saat ini?

Di tahun 2014, ketika saya memulai Openspace Ventures, saya merasa waktunya sangat tepat.

Yang saya maksud itu, Asia tenggara memiliki perspektif yang sangat unik yaitu memiliki banyak internet dan internet seluler.

Kita semua sekarang menerima begitu saja bahwa ponsel ada dimana-mana. Tetapi sebenarnya wilayah pertama yang menyadari ponsel sejak hari pertama adalah Asia Tenggara. Bahkan, China memiliki PC yang bagus baru [menyadari] kemudian.

Dan karena itu, kekuatan telepon seluler benar-benar dapat meningkatkan produktivitas ekonomi, dapat menciptakan produk layanan baru. Kami katakan bahwa waktunya tepat, terutama di Indonesia, kami melihat bahwa jaringan 4G telah datang dan kami melihat hal menarik seperti Gojek dan Tokopedia mulai IPO.

Jadi itu adalah awal dari Openspace Ventures di 2014. Modal ventura pertama yang kami danai US$90 juta. Semua itu diinvestasikan ke banyak perusahaan hebat lainnya. Tapi yang orang ingat adalah Gojek.

 

Apa yang menginspirasi Anda membangun Openspace?

Jadi, yang menginspirasi saya untuk menjadi Venture Capital setelah menjadi pengusaha adalah karena saya sudah merasakan semua penderitaan menjadi pengusaha. Menjadi pengusaha itu sangatlah kesepian dan sangat menantang. Anda membutuhkan semua dukungan yang bisa Anda dapatkan dari keluarga, dari teman-teman, dan tentunya juga dari para investor.

Jadi, saya percaya jika saya memiliki orang yang tepat di sekitar saya, kita akan dapat membuat model baru dari perusahaan modal ventura yang sangat mendukung penuh dan juga menghasilkan return yang baik bagi investor serta sangat mendukung para pengusaha di wilayah Asia.

 

Berapa banyak karyawan Openspace di Indonesia dan di Asia Tenggara? Apa ada rencana ekspansi?

Kami memiliki kantor pusat di Singapura, terdaftar sebagai perusahaan singapura dan juga berbasis di singapura.

Dalam delapan tahun kami benar-benar berhasil memperluas sepenuhnya ke Asia Tenggara. Jadi kami memiliki lima kantor. Kantor di Singapura, kantor di Indonesia. Sebenarnya, Filipina, Vietnam, dan Thailand juga.

Di kantor-kantor ini kami memiliki pekerja tetap. Terkadang perusahaan modal ventura hanya memiliki pekerja part time. Seperti yang kita tahu, kami setidaknya memiliki dua orang pekerja tetap di kantor, sehingga cakupannya sangat dalam. Kemudian di Indonesia, kami memiliki empat orang.

Dan jika Anda menganggapnya sebagai komitmen bagi investasi profesional. Ini adalah 100% investasi profesional. Dan ini merupakan sebuah komitmen besar untuk Indonesia.

Apakah kami bermaksud untuk tumbuh di luar Asia Tenggara. Saat ini, tidak. Alasannya adalah karena kami sangat percaya pada fokus yang kuat.  Kami adalah spesialis Asia Tenggara karena peluang di Asia Tenggara sangat besar namun sangat rumit. Asia adalah negara yang sangat rumit. Jadi kami ingin memusatkan perhatian dan fokus kami di sini.

 

Apa yang Anda maksud dengan rumit?

Asia Tenggara bukan hanya satu negara. Ada banyak negara dengan orang-orang, tradisi, dan budaya yang berbeda. Bahasa yang berbeda, praktik bisnis yang berbeda, pemerintahan yang berbeda, namun semuanya relatif sama dalam arti bahwa Asia Tenggara salah satu tingkat organisasi tertinggi di dunia dan salah satu populasi di dunia yang konsisten.

Semua orang menggunakan ponsel Apple dan Android. Semua orang ingin memiliki akses ke kredit. Akses itu sangat penting. Semua orang ingin memiliki pendidikan yang baik untuk anak-anak mereka. Semua orang menginginkan kesehatan yang baik untuk generasi tua.

Kami sudah saling mengenal dengan sangat baik. Begitu banyak kerja sama telah terjadi selama bertahun-tahun, tetapi itu berasal dari situasi yang sangat rumit. Karena pada akhirnya kami masih harus melokalisasi.

Saya pikir pemodal ventura di Asia perlu memahami dua hal. Anda perlu memahami disrupsi, teknologi, dan juga perlu memahami Asia. Kami percaya karena kami benar-benar tim Asia.

Hampir semua tim Openspace berasal dari Asia. Ini semua kami rancang sehingga tim Indonesia pada dasarnya adalah orang Indonesia, tim Filipina adalah orang filipina, dan tim Singapura adalah orang Singapura.

Kami banyak berdebat tetapi kami pikir semoga kami dapat mengambil keputusan yang baik dalam hal keputusan investasi, mendukung pengusaha, memiliki konektivitas dengan pemangku kepentingan lain dalam ekosistem. Itulah kenapa ini sangat rumit.

 

Bagaimana Openspace Ventures hadir di Indonesia pertama kali? Apa yang membuat Indonesia menarik?

Singapura mendorong pasar startup teknologi dengan sangat kuat. Mungkin karena mereka punya pasar yang kecil. Jika anda melihatnya dari aspek ekonomi makro, Indonesia memiliki kesempatan yang besar di Asia. Saya rasa semua orang tahu itu.

Kemudian kita membuat spesifikasi. Dalam 5-7 tahun kemudian jika PDB Jakarta dan Surabaya serta seluruh PDB Indonesia dikalikan dua, [Indonesia] masih terlihat seperti negara dengan pertumbuhan yang lebih banyak.

Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang PDB-nya bisa dikalikan dua [tumbuh dua kali lipat]. Jika dibandingkan dengan Singapura, Filipina, Thailand, bahkan Malaysia. Mereka tidak kuat dalam kesempatan ini. Coba lihat ekonomi Indonesia mencapai US$1 triliun saat ini. Itu artinya jika dikalikan dengan dua maka akan mencapai US$2 triliun.

Untuk perspektif pemodal ventura, Anda harus menyeimbangkan antara pemikiran jangka pendek dan jangka panjang sehingga kami dapat berbicara lebih banyak tentang itu. Jangka pendek misalnya e-commerce kita mengalami peningkatan, sedangkan untuk jangka panjang orang-orang akan berpikir 10 tahun ke depan.

Sama halnya dengan Indonesia. Peluang jangka pendek misalnya ponsel bermunculan, populasi meningkat. Tapi, peluang jangka panjang misalnya [pertumbuhan] ekonomi indonesia akan sama seperti India. Maka dari itu kami percaya sejak hari pertama, Indonesia adalah tempat yang benar-benar perlu kita fokuskan.

Hian Goh, Co-Founder Openspace Ventures, ketika menjajal aplikasi ride-hailing Gojek di Jakarta/ Pribadi

 

Apa yang mendorong Openspace berinvestasi di Gojek, yang sekarang dikenal dengan GoTo?

Ada banyak faktor yang berbeda untuk memperhitungkan kita mengambil investasi [di Gojek]. Yang membuatnya  menarik adalah model bisnisnya. Ide mengenai orang yang menggunakan ojek. Setelah jam sibuk, ojek bisa mengantar paket.

Ide awalnya belum ada pengantaran makanan, tetapi hanya paket. Dan kemudian Nadiem Makariem adalah sedikit dari generasi yang sangat unik dan Nadiem adalah orang yang dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan besar di New York, di luar negeri.

Dia bisa mendapatkan itu tetapi dia memilih balik ke Indonesia. Dia adalah orang dengan pemikiran modern yang sangat kuat tetapi sangat mengerti lokal. Dia sangat mengerti Indonesia, tempat dimana kami bekerja. Di akhir pertemuan, di tahun 2014, dia membuat saya mencoba Gojek. Saya duduk di belakang ojek dan saya punya bukti fotonya.

 

Bagaimana pandangan Anda soal IPO GoTo yang banyak mendapat sorotan?

Beberapa hal yang memberi saya keyakinan signifikan bahwa Gojek-Tokopedia dalam jangka panjang akan menjadi perusahaan yang sangat berharga. Pertama adalah kesetiaan pengguna dan fakta bahwa Gojek-Tokopedia pada dasarnya telah menanamkan dirinya ke dalam struktur masyarakat dari Indonesia.

Bisakah Anda bayangkan mencoba menjalani hidup Anda tanpa Gojek dan Tokopedia? Atau coba tanpa Google? Tanpa YouTube?

Poin kedua, setelah merger dengan Tokopedia, Gojek dan sekarang GoTo semakin relevan dengan pengguna Indonesia. Jika Anda berpikir bahwa Gojek adalah aplikasi yang sangat kuat, Tokopedia adalah aplikasi yang kuat, [bayangkan] keduanya bersama-sama.

Jangan lupa bahwa ini baru berusia 1 tahun, merger ini. Jadi, mereka bahkan belum mulai meningkatkan sinergi, tim konsolidasi, bekerja bersama sebagai satu perusahaan. Luar biasa mereka berhasil mengungkapkan pelaporan keuangan.

Jadi ya, saya pikir Anda tahu, ini adalah perusahaan yang kontroversial, orang-orang di GoTo tahu bahwa tekanan ada pada mereka, mereka harus memenuhinya.

Tapi hai kawan, inilah saatnya, ketika salah satu perusahaan Indonesia yang paling berharga, mudah-mudahan membuka jalan bagi perusahaan baru untuk masuk ke Bursa Efek Indonesia.

Saya pikir Regulator sangat mendukung dan, tahukah Anda mereka juga melihat bagaimana GoTo bisa mendukung ekonomi digital Indonesia.

Jadi ya, ini bukan IPO bank atau perusahaan kelapa sawit, tapi kalau dipikir-pikir jangka panjang, GoTo telah memberikan begitu banyak peningkatan produktivitas bagi rata-rata orang Indonesia, kan?

Fakta bahwa Anda dapat memesan makanan, Anda dapat pergi dan mengirim seseorang untuk membantu Anda, itu adalah sesuatu yang akan ada selama 10-15 tahun.

 

Portofolio Openspace beragam dan mewakili banyak industri, ada Pluang, GoTo, Jiwa dan Zenius. Bagaimana sebenarnya strategi dan model bisnis yang diterapkan?

Saya bisa memberikan beberapa perspektif. Pertama, orang melihat hal ini seperti gunung es. Investasi yang dilihat hanya atasnya saja.

Di bagian bawahnya, kami bertemu dengan banyak orang. Jika kami bisa, kami hanya ingin memilih perusahaan terbaik. Kami percaya pada perusahaan yang telah kami investasikan adalah perusahaan yang baik meskipun bukan yang terbaik. Tapi, sebelum kami investasi, kami mempelajari bisnis mereka.

Yang kedua, yang kami lakukan tidak hanya investasi di negara ini tetapi investasi di lintas negara. Teknologi pertanian memiliki peluang yang sangat besar di Indonesia. Ini merupakan bagian dari PDB serta produktivitas yang kuat dan peningkatan distribusi menggunakan teknologi. Kami sebenarnya memiliki agritech, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Filipina dan juga Thailand.

Kami melihat semua model yang berbeda dan kami membandingkan. Begitu juga dengan jasa keuangan. Hal yang sama kita lakukan dengan Pluang, kami lakukan dengan sesuatu yang dekat di Vietnam.

Sebenarnya kami tidak hanya membandingkan langsung di dalam negeri, kami mempelajari model bisnis di seluruh asia sehingga wawasan yang kami yakini menjadi sangat kuat dan kami menyebutnya sebagai kecerdasan aktif.

Satu hal yang kami lakukan, yang kami pelajari adalah kami memiliki basis data tersentralisasi yang sangat kuat. Kami benar-benar menggunakan data besar, artificial intelligence (AI), dan banyak hal untuk menggabungkan semua informasi.

 

Berapa dana yang telah disuntikan Openspace ke perusahaan-perusahaan di Indonesia?

Kami memiliki US$650juta di AUM saat ini dimana lebih dari US$100juta sudah diinvestasikan di Indonesia, dan kami mengalokasikan US$100juta lagi untuk Indonesia di beberapa tahun ke depan. Secara historis, dari total putaran pertama penggalangan dana Openspace Ventures, kami mengalokasikan investasi untuk Indonesia sekitar 40%.

Poin penting di sini adalah apabila US$100 juta disuntikkan ke startups yang tepat, maka memiliki 10, 20, 30, 50 kali amplifikasi untuk ekosistem dan ekonomi yang lebih besar. Inilah salah satu strategi yang kami lakukan juga dengan Gojek.

 

Apakah Total US$650 juta untuk pasar Asia Tenggara?

Ya. Sesungguhnya kami tidak memiliki aturan yang kaku terkait alokasi ini. Jika menemukan perusahaan yang lebih menarik di Indonesia, jelas kami akan meningkatkannya. Tetapi kami menargetkan sekitar 40% dari portofolio adalah untuk Indonesia.

 

Bagaimana menurut Anda iklim investasi di Indonesia?

Kami mengamati bahwa perkembangan perusahaan baru mendapat dukungan besar pemerintah di Indonesia, termasuk di ekonomi kreatif dan digital. Pemerintah memahami teknologi digital dapat mengubah secara struktural perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini