Membangun Generasi Muda Sehat Finansial & Produktif Lewat Inovasi dan Literasi Keuangan

Bisnis.com,11 Nov 2024, 14:34 WIB
Penulis: Media Digital

Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini, mayoritas penduduk Indonesia berasal dari kelompok usia muda. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Generasi Z (Gen Z) menjadi kelompok usia muda terbesar, dengan jumlah sekitar 75 juta jiwa atau 27% dari total penduduk Indonesia.

Gen Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, juga dikenal sebagai generasi yang paling melek teknologi, terutama dalam adaptasi terhadap internet. Kendati demikian, fakta yang berbeda terungkap dari survei Kementerian Komunikasi dan Informasi pada tahun 2023, yang menunjukkan bahwa tingkat literasi digital Indonesia masih berada di level 3,54 poin dari skala 1—5, atau sekitar 62%. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara lain di ASEAN yang sudah mencapai setidaknya 70%.

Tak heran, penetrasi internet yang belum diimbangi dengan literasi sepadan di kalangan muda      membawa dampak negatif yang dapat memicu kegagalan dalam pengelolaan keuangan. Salah satu dampak yang terlihat nyata adalah fenomena merebaknya informasi dan adopsi gaya hidup yang mendorong generasi muda untuk memenuhi keinginan tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial, baik saat ini maupun di masa depan.

Misalnya fenomena gaya hidup seperti You Only Live Once (YOLO) yang mengedepankan pemenuhan hasrat dengan alasan hanya hidup satu kali di dunia. Ada juga Fear of Missing Out (FOMO) yang menekankan pentingnya mengikuti tren dan tidak ketinggalan dari orang lain serta Fear of Other People’s Opinion (FOPO) yang berfokus pada ketakutan akan opini orang lain. Bahkan, belakangan muncul gaya hidup yang disebut Doom Spending, yang mengacu pada perilaku konsumtif tanpa memperhatikan kondisi ekonomi masa depan.                                                                               

Kesehatan Finansial dan Tantangan di Kalangan Muda

Masih kurangnya kemampuan pengelolaan keuangan di generasi muda ini tercermin dalam pemetaan indeks kesehatan finansial generasi muda yang disajikan dalam OCBC NISP Financial Fitness Index. Survei tersebut mengungkapkan bahwa indeks kesehatan finansial generasi muda di Indonesia hanya mencapai 40,06% pada tahun 2023,  jauh lebih rendah dibandingkan dengan  indeks di Singapura yang mencapai 62%.

Fakta rendahnya kesehatan finansial generasi muda ini juga diperkuat oleh survei yang Dewan Nasional Keuangan Inklusif dengan tajuk Youth Finsight 2.0 yang diluncurkan pada Oktober 2023. Survei ini mengungkapkan bahwa 33% generasi muda mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan mereka.     

Pengeluaran terbesar Gen Z adalah untuk konsumsi makanan dan hiburan, di mana belanja impulsif menghabiskan antara 18,69% hingga 70,59% dari pengeluaran mereka. Akibatnya, sekitar 60% generasi muda menggunakan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi sekitar 52% kesulitan melunasi pinjaman.

Dampak dari kebiasaan meminjam yang tidak dibarengi dengan pengelolaan keuangan bertanggung jawab tersebut menyebabkan sekitar 52% Gen Z tidak mampu mengembalikan pinjaman. Sementara yang mampu membayar pinjaman hanya sebanyak 37%. Hal ini  membuat generasi muda terjebak pada praktik pinjaman online ilegal hingga investasi bodong.

Untuk itu, penguatan literasi secara digital maupun finansial sangat diperlukan. Khusus terkait  manajemen keuangan, pemanfaatan serta pemilihan produk keuangan yang sehat dan bertanggung jawab perlu terus diperkuat agar generasi muda bisa terus produktif dan terhindar dari berbagai risiko produk keuangan yang tidak tepat. Kesadaran akan pengelolaan finansial serta literasi digital yang baik juga dibutuhkan agar para generasi muda ini bisa terus memacu produktivitas.

Peran AdaKami dalam Peningkatan Literasi Keuangan

 

Sebagai perusahaan fintech lending terdepan dari sisi teknologi di Indonesia, AdaKami tidak hanya peduli terhadap upaya peningkatan inklusi keuangan, tetapi juga literasi digital dan keuangan masyarakat. Untuk itu, Adakami kerap melaksanakan berbagai kegiatan edukasi dan literasi sebagai wujud kontribusinya terhadap kedua aspek tersebut.

Sejumlah kegiatan edukasi yang dilaksanakan oleh AdaKami, antara lain adalah kegiatan edukasi literasi secara temu muka langsung dengan masyarakat, termasuk generasi muda Indonesia, penyebaran edukasi lewat konten digital seperti IG/TikTok Live, unggahan edukatif terkait keuangan, baik di media sosial maupun website AdaKami.

Dengan layanan pendanaan berbasis teknologi yang disediakan dan juga beragam kegiatan edukasi yang dilakukan, AdaKami berharap masyarakat bisa memiliki lebih banyak opsi pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan bisa memanfaatkannya dengan bijak serta bertanggung jawab sehingga kemudahan yang yang disediakan bisa bermanfaat dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.                                                                                                                                                

Salah satu poin literasi keuangan yang kerap disampaikan oleh AdaKami dan perlu diadopsi oleh generasi muda adalah kesadaran mengenai tujuan pemanfaatan produk keuangan, seperti layanan fintech lending.

Apabila ditilik ke belakang, sama seperti layanan digital di sektor perbankan, fintech lending merupakan hasil inovasi teknologi di bidang keuangan. Hadirnya fintech lending diharapkan bisa menjadi jawaban atas masih tingginya gap antara kebutuhan pendanaan dan kemampuan penyedia jasa keuangan lain, khususnya yang konvensional, dalam menjawab kebutuhan ini.

Salah satu keunggulan fintech lending adalah proses layanan yang lebih cepat dan mudah dengan tetap mengedepankan faktor keamanan. Kecepatan dan kemudahan yang belum bisa ditawarkan oleh penyedia jasa keuangan lainnya ini berbasis pada pemanfaatan teknologi, termasuk AI dan big data dalam proses profiling konsumen serta mitigasi risiko.

Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, masyarakat, khususnya para generasi muda diharapkan bisa memanfaatkan hadirnya fintech lending untuk menunjang kebutuhan finansial mereka, terutama dalam berbagai hal yang akan mendatangkan nilai tambah bagi mereka dan sekelilingnya.

Selain digunakan untuk tujuan bernilai tambah, pemanfaatan layanan fintech lending, termasuk layanan keuangan lain, perlu didasari dengan kemauan untuk memahami produk pendanaan yang akan dimanfaatkan.

Setiap produk keuangan, termasuk  fintech lending, memiliki syarat dan ketentuan berbeda, baik terkait hak dan tanggung jawab yang harus diterima dan dijalankan nasabah selama masa pemanfaatan produk. Memahami sepenuhnya jenis serta syarat dan ketentuan penggunaan, termasuk hak dan tanggung jawab selama memanfaatkan produk keuangan menjadi aspek penting.

Setelah memahami jenis serta syarat dan ketentuan yang berlaku, hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah menelaah kondisi keuangan pada saat berencana memanfaatkan dan selama masa cicilan sesuai dengan jenis dan profil risiko produk yang dimanfaatkan.

Tak lupa, memanfaatkan produk keuangan berjenis pendanaan juga memerlukan kedewasaan untuk bisa mengedepankan kebutuhan ketimbang keinginan semata. Jangan sampai kurangnya kesadaran akan hal- hal ini mengakibatkan terganggunya cashflow para generasi muda sehingga berdampak buruk pada kesehatan kondisi keuangan mereka di masa mendatang yang tentunya bisa berpengaruh pada kelangsungan tujuan hidup dan cita-cita mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor: Media Digital
Terkini